PERKEMBANGAN PEMERINTAHAN ORDE BARU (REFORMASI)
PERKEMBANGAN
PEMERINTAHAN ORDE BARU
1. Pemberontakan G30S/ PKI
Gerakan 30 September(G30S), yang disebutkan para pelakunya sebagai gerakan untuk menyelamatkan
Presiden Soekarno dari rencana kudeta dewan jenderal yang disponsori CIA, pada
akhirnya justru menjadi titik awal dari kejatuhan Presiden Soekarno. Mulai 1
Oktober Presiden Soekarno bukan lagi merupakan satu-satunya pemimpin tertinggi
Indonesia. Letjen Soeharto secara bertahap mulai membangun kekuatan tandingan
dan melakukan pembangkangan terhadap Presiden Soekarno. Soeharto terus
merongrong Soekarno. Peristiwa G30S digunakan secara maksimal oleh Soeharto
untuk menggoyangkan kedudukan Presiden Soekarno terus menerus. Tekanan secara
terus menerus yang dilancarkan mahasiswa membuat Presiden Soekarno akhirnya
tidak mempunyai pilihan lain kecuali membubarkan kabinetnya.
Masyarakat luas yang
terdiri dari berbagai unsur seperti kalangan partai politik, organisasi massa,
perorangan, pemuda, mahasiswa, pelajar, kaum wanita secara serentak membentuk satu
kesatuan aksi dalam bentuk Front Pancasila untuk menghancurkan para pendukung
G30S/ PKI. Front Pancasila mengadakan demonstrasi di jalan-jalan raya. Pada
tanggal 8 Januari 1966 mereka menuju Gedung Sekretariat Negara dengan
mengajukan pernyataan bahwa kebijakan ekonomi pemerintah tidak dapat
dibenarkan. Kemudian pada tanggal 12 Januari 1966 berbagai kesatuan aksi yang
tergabung dalam Front Pancasila berkumpul di halaman Gedung DPR-GR untuk
mengajukan Tritura (pembubaran PKI beserta organisasi massanya, pembersihan
kabinet Dwikora, penurunan harga-harga barang).
Soeharto menggunakan G30S untuk melenyapkan lawan politiknya dan musuh-musuh pribadi. Begitu peristiwa G30S terjadi yang pertama kali dilakukan Soeharto adalah mengejar pelakunya, antara lain Letkol Untung; Brigjen Supardjo; dan Kolonel Soeherman. Kemudian mengejar PKI, organisasi dibawahnya dan simpatisannya. Soeharto juga menangkap orang-orang yang setia terhadap Presiden Soekarno, mereka dipenjara tanpa alasan yang jelas. Dan ketika diperlukan alasan untuk diajukan ke pengadilan, dibuat bahwa mereka terlibat G30S. Setelah peristiwa G30S terjadi pembunuhan massal anggota PKI dan simpatisannya di berbagai wilayah di Indonesia tahun 1965-1966, serta pembuangan ke Pulau Buru 1969-1979. Pada tanggal 20 Februari 1967, Soekarno mengajukan surat pengunduran diri dan menyerahkan kekuasaan pada Letjen Soeharto.
2. SUPERSEMAR
Tanggal 21 Februari
1966, Presiden Soekarno mengadakan sidang paripurna Kabinet Dwikora “yang
disempurnakan” yang dikenal dengan Kabinet 100 Menteri. Kabinet 100 Menteri
dilantik pada tanggal 24 Februari 1966, mahasiswa dan pelajar yang tergabung
dalam KAMI/KAPPI yang didukung oleh Kostrad dan RPKAD memblokir jalan masuk
istana. Aksi itu dihadang oleh Pasukan Cakrabirawa. Hal ini menyebabkan
terjadinya bentrokan antara pasukan Cakrabirawa dengan para demonstran. Dalam
peristiwa itu, seorang mahasiswa Universitas Indonesia yang bernama Arief
Rahman Hakim gugur dalam bentrokan tersebut. Dalam sidang tersebut Soeharto
tidak hadir. Isi Surat Perintah 11 Maret (SUPERSEMAR) antara lain Presiden
Soekarno memberikan kekuasaan pada Letjen Soeharto untuk dan atas nama Presiden
mengambil tindakan yang dianggap perlu demi terjaminnya keamanan, ketenangan
serta kestabilan jalannya pemerintah dan jalannya revolusi, serta menjamin
keselamatan pribadi dan kewibawaan Presiden serta demi keutuhan bangsa dan
negara RI serta melaksanakan dengan pasti ajaran-ajaran panglima besar
revolusi. Namun Letjen Soeharto menganggap Surat Perintah 11 Maret 1966 sebagai
penyerahan kekuasaan walaupun Presiden Soekarno sudah menegaskan bahwa Surat
Perintah 11 Maret 1966 bukan merupakan penyerahan kekuasaan. Begitu menggenggam
Supersemar langkah pertama yang dilakukan Soeharto adalah membubarkan PKI.
Secara bertahap dan sistematis, Soeharto memotong pilar-pilar penopang
kekuasaan kekuasaan Presiden Soekarno dengan langkah-langkah pembersihannya.
Peran Presiden sebagai presiden terpinggirkan. Bahkan sampai sekarang naskah asli
Supersemar belum ditemukan.
B. Pemerintahan Orde
Baru
Orde Baru adalah
sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru
menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde Baru
hadir dengan semangat “koreksi total” atas penyimpangan yang dilakukan oleh
Soekarno pada masa Orde Lama.
Orde Baru berlangsung
dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia
berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang
merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan
miskin juga semakin melebar.
Pada hakikatnya, Orde
Baru merupakan tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa, dan negara yang
diletakkan pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945, atau sebagai
koreksi terhadap penyelewengan-penyelewengan yang terjadi di masa lampau.
Berikut ini beberapa kebijakan dalam masa Orde baru
Berikut ini beberapa kebijakan dalam masa Orde baru
1.
Bidang ekonomi
Dalam masa Orde Baru
mengutamakan pertumbuhan ekonomi dalam setiap kebijakan ekonominya. Doktrin
pembangunan Orde Baru tertuang dalam Trilogi Pembangunan yaitu stabilitas
nasional, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan hasil pembangunan.
Trilogi Pembangunan ini dimanifestasikan dalam kebijakan pemerintah yang dinamakan Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) dalam rangka memajukan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Repelita I sampai Repelita IV menitikberatkan pada sektor pertanian sebagai pilar utama perekonomian Indonesia, sedangkan mulai Repelita V menitikberatkan pada sektor jasa dan perdagangan.
Trilogi Pembangunan ini dimanifestasikan dalam kebijakan pemerintah yang dinamakan Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) dalam rangka memajukan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Repelita I sampai Repelita IV menitikberatkan pada sektor pertanian sebagai pilar utama perekonomian Indonesia, sedangkan mulai Repelita V menitikberatkan pada sektor jasa dan perdagangan.
2. Bidang politik
a. Dwifungsi ABRI
Militer pada masa Orde
Baru mempunyai jaringan dan akses yang besar pada kekuasaan. Dwifungsi ABRI-lah
yang membuat peranan militer begitu kuat dalam dunia politik. Doktrin Dwifungsi
ABRI menekankan pentingnya peranan militer tidak saja mengurusi pertahanan
keamanan negara, tetapi juga dalam dunia sosial politik. Begitu banyak anggota
ABRI, baik yang masih aktif maupun yang telah pensiun terjun ke dunia politik
praktis.
b. Dua partai politik
dan satu golongan karya
Konstelasi politik Orde
Baru ditunjukkan dengan adanya dua partai politik dan satu golongan karya. Akan
tetapi dalam praktik politik sehari-hari muncul ketidakseimbangan di antara
ketiga unsure tersebut. Golongan karya yang sebenarna bukan partai politik,
justru merupakan kekuatan politik terbesar dan paling berpengaruh.
c. Birokrasi
Sistem birokrasi yang
berlaku di Indonesia pada masa orde baru tidak dapat dilepaskan dari sejarah
masa lalu dalam pemerintahan kerajaan, pemerintahan kolonial dan pemerintahan
Orde Lama. Masing-masing tahap tersebut membawa corak birokrasi sendiri. Dalam
zaman kerajaan dimana feodalisme menjadi landasan birokrasi maka dituntut
kesetiaan dan kepatuhan sepenuhnya terhadap raja dan para punggawa kerajaan,
sebagai kelompok elit pemerintahan.
3. Hubungan luar
negeri
Pada masa Orde Baru,
politik luar negeri Indonesia diupayakan kembali kepada jalurnya yaitu politik
luar negeri yang bebas aktif. Untuk itu maka MPR mengeluarkan sejumlah
ketetapan yang menjadi landasan politik luar negeri Indonesia. Dimana politik
luar negeri Indonesia harus berdasarkan kepentingan nasional, seperti
permbangunan nasional, kemakmuran rakyat, kebenaran, serta keadilan.
1) Kembali menjadi
anggota PBB
Indonesia kembali
menjadi anggota PBB dikarenakan adanya desakan dari komisi bidang pertahanan
keamanan dan luar negeri DPR GR terhadap pemerintah Indonesia. Pada tanggal 3
Juni 1966 akhirnya disepakati bahwa Indonesia harus kembali menjadi anggota PBB
dan badan-badan internasional lainnya dalam rangka menjawab kepentingan nasional
yang semakin mendesak. Keputusan untuk kembali ini dikarenakan Indonesia sadar
bahwa ada banyak manfaat yang diperoleh Indonesia selama menjadi anggota PBB
pada tahun 1950-1964. Indonesia secara resmi akhirnya kembali menjadi anggota
PBB sejak tanggal 28 Desember 1966.
Kembalinya Indonesia
mendapat sambutan baik dari sejumlah negara Asia bahkan dari pihak PBB sendiri
hal ini ditunjukkan dengan ditunjuknya Adam Malik sebagai Ketua Majelis Umum
PBB untuk masa sidang tahun 1974. Kembalinya Indonesia menjadi anggota PBB
dilanjutkan dengan tindakan pemulihan hubungan dengan sejumlah negara seperti
India, Filipina, Thailand, Australia, dan sejumlah negara lainnya yang sempat
remggang akibat politik konfrontasi Orde Lama.
2) Normalisasi hubungan dengan beberapa
negara
(1) Pemulihan hubungan dengan Singapura
Sebelum pemulihan hubungan dengan
Malaysia Indonesia telah memulihkan hubungan dengan Singapura dengan
perantaraan Habibur Rachman (Dubes Pakistan untuk Myanmar). Pemerintah
Indonesia menyampikan nota pengakuan terhadap Republik Singapura pada tanggal 2
Juni 1966 yang disampikan pada Perdana Menteri Lee Kuan Yew. Akhirnya
pemerintah Singapurapun menyampikan nota jawaban kesediaan untuk mengadakan
hubungan diplomatik.
(2) Pemulihan hubungan dengan Malaysia
Normalisasi hubungan Indonesia dan
Malaysia dimulai dengan diadakan perundingan di Bangkok pada 29 Mei-1 Juni 1966
yang menghasilkan perjanjian Bangkok, yang berisi:
Ø Rakyat Sabah diberi kesempatan menegaskan kembali keputusan yang telah mereka ambil mengenai kedudukan mereka dalam Federasi Malaysia.
Ø Rakyat Sabah diberi kesempatan menegaskan kembali keputusan yang telah mereka ambil mengenai kedudukan mereka dalam Federasi Malaysia.
Ø Pemerintah kedua belah pihak
menyetujui pemulihan hubungan diplomatik.
Ø Tindakan permusuhan antara kedua belah
pihak akan dihentikan.
Peresmian persetujuan pemulihan hubungan
Indonesia-Malaysia oleh Adam Malik dan Tun Abdul Razak dilakukan di Jakarta
tanggal 11 agustus 1966 dan ditandatangani persetujuan Jakarta (Jakarta
Accord). Hal ini dilanjutkan dengan penempatan perwakilan pemerintahan di
masing-masing negara..
3) Pendirian ASEAN(Association of
South-East Asian Nations)
Indonesia menjadi pemrakarsa
didirikannya organisasi ASEAN pada tanggal 8 Agustus 1967. Latar belakang
didirikan Organisasi ASEAN adalah adanya kebutuhan untuk menjalin hubungan
kerja sama dengan negara-negara secara regional dengan negara-negara yang ada
di kawasan Asia Tenggara.
Tujuan awal didirikan
ASEAN adalah untuk membendung perluasan paham komunisme setelah negara komunis
Vietnam menyerang Kamboja. Hubungan kerjasama yang terjalin adalah dalam bidang
politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Adapun negara yang tergabung dalam ASEAN
adalah Indonesia, Thailand, Malysia, Singapura, dan Filipina.
4) Integrasi Timor-Timur ke Wilayah
Indonesia
Timor- Timur merupakan wilayah koloni
Portugis sejak abad ke-16 tapi kurang diperhatikan oleh pemerintah pusat di
Portugis sebab jarak yang cukup jauh. Tahun 1975 terjadi kekacauan politik di
Timor-Timur antar partai politik yang tak terselesaikan sementara itu
pemerintah Portugis memilih untuk meninggalkan Timor-Timur. Kekacauan tersebut
membuat sebagian masyarakat Timor-Timur yang diwakili para pemimpin partai
politik memilih untuk menjadi bagian Republik Indonesia yang disambut baik oleh
pemerintah Indonesia. Secara resmi akhirnya Timor-Timur menjadi bagian
Indonesia pada bulan Juli 1976 dan dijadikan provinsi ke-27. Tetapi ada juga
partai politik yang tidak setuju menjadi bagian Indonesia ialah partai
Fretilin. Hingga akhirnya tahun 1999 masa pemerintahan Presiden Habibie
melakukan jajak pendapat untuk menentukan status Timor-Timur. Berdasarkan jajak
pendapat tersebut maka Timor-Timur secara resmi keluar dari Negara Kesatuan
republik Indonesia dan membentuk negara tersendiri dengan nama Republik
Demokrasi Timor Lorosae atau Timur Leste.
4. Kelebihan sistem Pemerintahan Orde
Baru
• Perkembangan GDP per kapita Indonesia
yang pada tahun 1968 hanya AS$70 dan pada 1996 telah mencapai lebih dari
AS$1.000
• Sukses transmigrasi
• Sukses KB
• Sukses memerangi buta huruf
• Sukses swasembada pangan
• Pengangguran minimum
• Sukses REPELITA (Rencana Pembangunan
Lima Tahun)
• Sukses Gerakan Wajib Belajar
• Sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh
• Sukses keamanan dalam negeri
• Investor asing mau menanamkan modal di
Indonesia
• Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme
dan cinta produk dalam negeri
5. Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde
Baru
• Semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme
• Pembangunan Indonesia yang tidak
merata dan timbulnya kesenjangan pembangunan antara pusat dan daerah, sebagian
disebabkan karena kekayaan daerah sebagian besar disedot ke pusat
• Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan pembangunan, terutama di Aceh dan Papua
• Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan pembangunan, terutama di Aceh dan Papua
• Kecemburuan antara penduduk setempat
dengan para transmigran yang memperoleh tunjangan pemerintah yang cukup besar
pada tahun-tahun pertamanya
• Bertambahnya kesenjangan sosial
(perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi si kaya dan si miskin)
• Pelanggaran HAM kepada masyarakat non
pribumi (terutama masyarakat Tionghoa)
• Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan
• Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan
• Kebebasan pers sangat terbatas,
diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang dibredel
• Penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain dengan program “Penembakan Misterius”
• Penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain dengan program “Penembakan Misterius”
• Tidak ada rencana suksesi (penurunan
kekuasaan ke pemerintah/presiden selanjutnya)
• Menurunnya kualitas birokrasi Indonesia yang terjangkit penyakit Asal Bapak Senang, hal ini kesalahan paling fatal Orde Baru karena tanpa birokrasi yang efektif negara pasti hancur.
• Menurunnya kualitas tentara karena level elit terlalu sibuk berpolitik sehingga kurang memperhatikan kesejahteraan anak buah.
• Menurunnya kualitas birokrasi Indonesia yang terjangkit penyakit Asal Bapak Senang, hal ini kesalahan paling fatal Orde Baru karena tanpa birokrasi yang efektif negara pasti hancur.
• Menurunnya kualitas tentara karena level elit terlalu sibuk berpolitik sehingga kurang memperhatikan kesejahteraan anak buah.
0 Response to "PERKEMBANGAN PEMERINTAHAN ORDE BARU (REFORMASI)"
Post a Comment