POLA PENDIDIKAN ISLAM PADA PERIODE RASULULLAH ( MAKKAH DAN MADINAH )
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Rasulullah SAW, sebagai suri tauladan dan
rahmatan lil’alamin bagi orang yang mengharapkan rahmat dan kedatangan hari
kiamat dan banyak menyebut Allah (al-ahzaab : 21) adalah pendidik pertama dan
terutama dalam dunia pendidikan Islam. Proses transformasi ilmu pengetahuan,
internalisasi nilai-nilai spitualisme dan bimbingan emosional yang dilakukan
Rasulullah dapat dikatakan sebagai mukjizat luar biasa, yang manusia apa dan
dimana pun tidak dapat melakukan hal yang sama.
B. Rumusan Masalah
·
Membahas
tentang bagaimana pendidikan pada masa rasulallah?
·
Membahas
tentang bagaimana tahapan masa pendidikan fase mekah?
·
Membahas
tentang bagaimana pendidikan islam masa rasulallah?
·
Bagaimana
fase pendidikan di madinah?
C.
Tujuan Masalah
·
Agar
memahami pendidikan dimasa rasul.
·
Mengetahui
pendidikan di fase rasulallah pada di mekah.
·
Supaya
Memahami Pendidikan islam pada fase rasulallah.
·
Untuk
memeprluas pengetahuan pendidikan isla dimadinah.
BAB II
PEMBAHASAN
POLA PENDIDIKAN ISLAM
PADA PERIODE RASULULLAH
( MAKKAH DAN MADINAH )
Kondisi
sosio-kultural masyarakat Arab pra Islam. Terutama pada masyarakat Makkah dan Madinah sangat
mempengaruhi pola pendidikan periode Rasulullah di Makkah dan Madinah. Secara
kuantitas orang-orang yang masuk Islam pada fase Makkah lebih sedikit dari pada
orang-orang yang masuk Islam pada fase Madinah. Hal tersebut diantaranya
disebabkan oleh watak dan budaya nenek moyang mereka sedangkan masyarakat
Madinah lebih mudah dimasuki ajaran Islam karena saat kondisi masyarakat,
khususnya Aus dan Khazraj, sangat membutuhkan seorang pemimpin, untuk
melenturkan pertikaian sesame mereka dan sebagai “pelindung” dari ancaman kaun
Yahudi, disamping sifat penduduknya yang lebih ramah yang dlatarbelakangi
kondisi geografis yang lebih nyaman dan subur. Penulis mencoba mengungkapkan
pola pendidikan Islam periode Rasulullah SAW yang dapat dibedakan menjadi dua
fase yaitu (1) fase mekah (2) fase Madinah.
A. FASE
MAKKAH
Allah
Maha bijaksana, sebagai calon panutan umat manusia, Muhammad ibn Abdullah sejak
“awal sekali” telah disiapkan Allah, dengan menjaganya dari sikap-sikap
jahiliyah. Dengan akhlaknya yang terpuji, syarat dengan nilai-nilai humanisme
dan spiritualisme detengah-tengah umat yang hamper saja tidak
berprikemanusiaan, Muhammad ibn Abdullah, masih sempat mendapat gelar
penghargaan tertinggi, yaitu al-Amiin. Ibnu Abdullah seorang yang teguh
mempertahankan tradisi Nabi Ibrahim, tabah dalam mencari kebenaran hakiki,
menjatuhkan diri dari keramaian dan sikap hedonisme dengan berkontenplasi
(bertahannus) di Gua hira.
Pada tanggal 17 Ramadhan turunlah wahyu Allah
yang pertama, surat al’Alaq ayat 1-5 sebagai fase pendidikan Islam Makkah.
Pola
pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah sejalan dengan tahapan-tahapan dakwah
yang disampaikannya kepada kaum Quraisy. Dalam hal ini penulis membaginya
kepada tiga tahap :
C. TAHAP PENDIDIKAN ISLAM SECARA RAHASIA DAN PERORANGAN
Pada
awal turunnya wahyu pertama (the first revelation) al-Qur’an surat 96 ayat 5,
pola pendidikan yang dilakukan adalah secara sembunyi-sembunyi, mengingat
kondisi sosial politik yang belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan
keluarga dekatnya. Mula-mula Rasulullah mendidik istrinya, Khadijah untuk
beriman kepada dan menerima petunjuk dari Allah, kemudian diikuti oleh anak
angkatnya Ali Ibn Abi Thalib (anak pamannya) dan Zaid ibn Haritsah (seorang
pembantu rumah tangganya yang kemudian diangkat menjadi anak angkatnya).
Kemudian sahabat karibnya Abu Bakar Siddiq. Secara beransur-ansur ajakan
tersebut disampaikan secara meluas, tetapi masih terbatas dikalangan keluarga
dekat dari suku Qurays saja seperti Usman ibn Affan, Zubair ibn Awan, Sa’ad ibn
Abi waqas, Bdurrahman ibn Auf, Thalhah ibn ubaidillah, Abu Ubaidillah ibn
Jahrah, Arqam ibn Arqam, Fatimah binti Khattab, Said ibn Zaid, dan beberapa
orang lainnya, mereka semua tahap awal ini disebut Assabiquna al awwalun,
artinya orang-orang yang mula-mula masuk Islam. Sebagai lembaga pendidikan dan
pusat kegiatan pendidikan Islam yang pertama pada era awal ini adalah rumah
Arqam ibn Arqam.
D. TAHAP PENDIDIKAN ISLAM SECARA TERANG-TERANGAN
Pendidikan
secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama tiga tahun, sampai turun waktu
berikutnya, yang memerintahkan dakwah secara terbuka dan terang-terangan.
Ketika wahyu tersebut turu, beliau mengundang keluarga dekatnya untuk berkumpul
dibukt Shafa, menyerukan agar berhati-hati terhadap azab yang keras dikemudian
hari (hari kiamat) bagi orang-orang yang tidak mengakui Allah sebagai Tuhan
Yang Esa dan Muhammad sebagai utusan-Nya. Seruan tersebut dijawab Abu Lahab,
Celakalah kamu Muhammad ! untuk inikah kami mengumpulkan kami ?. saat itu turun
wahyu menjelaskan perihal Abu Lahab dan Isterinya.
Perintah
dakwah secara terang-terangan dilakukan oleh Rasulullah, seiring dengan jumlah
sahabat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkauan seruan dakwah,
karena diyakini dengan dakwah tersebut banyak kaum Quraisy yang akan masuk
agama Islam. Disamping itu, keberadaan rumah Arqam ibn Arqam sebagai pusat dan
lembaga pendidikan Islam sudah diketahui oleh Kuffar Qrays.
C. Tahap pendidikan islam untuk umum
Hasil
seruan dakwah secara terang-terangan yang terfokus kepada keluarga dekat,
kelihatannya belum maksimal sesuaid engan apa yang diharapkan. Maka rasulullah
mengubah strategi dakwahnya dari seruan yang terfokus kepada keluarga dekat
beralih kepada seruan umu, umat manusia secara keseluruhan. Seruan dalam skala
“internasional” tersebut didasarkan kepada perintah allah, surat al-Hijr ayat
94-95.
Sebagai
tindak lanjut dari perintah tersebut, pada musim haji rasulullah mendatangi
kemah-kemah pada jamaah haji. Pada awalnya tidak banyak yang menerima, kecuali
sekelompok jamaah haji dari Yastrib, Kabiulah Khazraj yang menerima dakwah
secara antusias. Dari sinilah sinar Islam memancar keluar Makkah.
Penerimaan
masyarakat Yatsrib terhadap ajaran Islam secara antusias tersebut dikarenakan
beberapa factor
1. adanya kabar dari kaum Yahudi akan lahirnya
seorang Rasul ;
2. Suku Aus dan Khazraj mendapat tekanan dan
ancaman dari kelompok yahudi
3. Komplik antara Khazraj dan Aus yang
berkelanjutan dalam rentang waktu yang sudah lama, oleh karena itu mereka
mengharapkan seorang pimpinan yang mampu melindungi dan mendamaikan mereka.
Berikutnya,
dimusim haji pada tahun kedua belas kerasulan Muhammad SAW, Rasulullah
didatangi dua belas orang laki-laki dan seorang wanita untuk berikrar
kesetiaan, yang dikenal dengan “Bai’ah al’Aqabah I” mereka berjanji tidak akan
menyembah selain kepada Allah SWT, tidak akan mencuri dan berzina : tidak akan
membunuh anak-anak, dan menjauhkan perbuatan-perbuatan keji serta fitnah,
selalu taat kepada Rasulullah dalam yang benar, dan tidak mendurhakainya
terhadap sesuatu yang mereka tidak inginkan.
Berkat
semangat yang tinggi yang dimiliki para sahabat dalam mendakwahkan ajaran
Islam, sehingga seluruh penduduk Yastrib masuk Islam kecuali orang-orang
Yahudi. Musin haji berikutnya 73 orang jamaah haji dari Yastrib mendatangi Rasulullah
SAW dan menetapkan keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya ditempat yang sama
dengan pelaksanaan “Baiah al-Aqabah I” tahun lalu, yang dikenal dengan “Baiah
al-Aqabah II” dan mereka bersepakat akan memboyong Rasulullah ke Yatsrib.
2. Materi Pendidikan Islam
Materi
pendidik pada fase Makkah dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu
1. pendidikan tauhid
2. pengajaran al-Qur'an.
Pertama, matei pendidikan tauhid, materi ini lebih
difokuskan untuk memurnikan ajaran agama tauhid yang dibawa Nabi Ibrahin, yang
telah diselewengkan oleh masyarakat jahiliyah. Secara teoris intisari ajaran
tauhid terdapat dalam kandungan surat al-Fatihah ayat 1-7 dan surat al-Ikhlas,
ayat 1-5. secara praktis pendidikan tauhid diberikan malaui cara-cara yang
bijaksana, menuntun akan pikiran dengan mengajak umatnya untuk pembaca,
memperhatikan dan memikirkan kekuasaan dan kebesaran Allah dan diri manusia
sendiri. Kemudian beliau mengajarkan cara bagaimana mengaplikasikan pengertian
tauhid tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah langsung menjadi contoh
bagi umatnya. Hasilnya, kebiasaan masyarakat Arab yang memulai perbuatan atas
nama berhala, diganti dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim.kebiasaan
menyembah berhala, maka diganti dengan menggagungkan dan menyembah Allah SWT.
Kedua, materi pengajaran al-Qur’an. Materi inidapat
dirinci kepada : (1) materi tulis baca al-Qur'an, untuk sekarang ini disebut
dengan materi imla’ dan iqra’. Dengan matei ini diharapkan agar kebiasaan orang
Arab yang sering membaca syair-syair indah, diganti dengan membaca al-Qur'an
sebagai bacaan yang lebih tinggi nilai sastranya (2) Matei menghafal ayat-ayat
al-Qur'an, yang kemudian hari disebut dengan menghafalkan ayat-ayat suci
al-Qur'an, (3) Materi pemahaman al-Qur'an, saat ini disebut dengan materi fahmi
al-Qur'an atau tafsir al-Qur'an : tujuan materi ini adalah meluruskan pola
piker umat Islam yang dipengaruhi pola piker jahiliyah. Disinilah letaknya
fungsi hadis sebagai bacaan al-Qur’an.
3. Metode Pendidikan
Islam
Metode
pendidikan yang dilakukan Rasulullah dalam membidik sahabatnya antara lain :
1. metode ceramah, menyampaikan wahyu yang baru
diterimanya dan memberikan penjelasan-penjelasan serta keterangan-keterangannya
;
2. dialog, misalnya dialog antara Rasulullah dengan
Mu’az ibn Jabal ketika Mu’az akan diutus sebagai Ahadi ke negeri Yaman, dialog
antara Rasulullah dengan para sahabat untuk mengatur strategi perang,
3. diskusi atau Tanya jawab ; sering sahabat
bartanya kepada Rasulullah tentang suatu hukum, kemudian rasul menjawab,
4. metode perumpanaan : misalnya orang mukmin itu
laksana satu tubuh, bila sakit salah satu anggota tubuh maka anggota tubuh
lainnya akan turut merasakannya.
5. metode kisah, misalnya kisah beliau dalam
perjalanan isra` dan miraj dan kisah tentang pertemuan anatara nabi Musa dengan
nabi Khaidir
6. metode pembiasaan : membiasakankaum muslimin
shalat berjemaah
7. metode hafalanmisalnya para sahabat dianjurkan
untuk menjaga al-Quran dengan menghafalnya.
Dalam
buku “Tarbiyah Islamiyah” yang ditulis oleh Najb Khalid al-Amar,
mengatakan bahwa metode pendidikan Islam yang dilakukan Nabi Muhammad Saw pada
periode Makkah dan Madinah, adalah (1) melalui teguran langsung misalnyahadist Rasulullah Saw : Umar ibn
Salmah r.a”dulu akan menjadi pembantu di rumah Rasulullah Saw, ketika makan
misalnya aku mengulurkan tanganku ke berbagai penjuru. Melihat itu beliau
berkata, Hai ghulam bacalah bismillah, makanlah dengan kananmu, dan makanlah
apa yang ada didekatmu” (2) melalui sindiran Rasulullah bersabda : “apa keinginan
kaum yang mengatakan begini begitu? Sesungguhnya aku shalat dan tidur, aku
berpuasa dan berbuka dan aku menikahi wanita maka barangsiapa yang tidak senang
dengasn sunnahku berarti dia bukan golonganku. ( lihat Shahirul Jami` Ash Shaghir, jus 5 hadis no 5448 ( 3)
pemutusan dari jamaah. Pernah Ka`ab ibn Malik tidak ikut beserta Rasullah Saw
dalam perang Tabuk. Dia berkata Nabi melarang sahabat lainnya berbicara dengan
aku, disebutkan Rasulullah Saw bersabda perintahkanlah anak-anakmu shalat dari
usia tujuh tahun dan pukullah mereka kalau enggan mengerjakannya pada usia
sepuluh tahun, serta pisahkan merka dari tempat tidur ( HR Abu Daun dan Hakim)
5) melalui perbandingan kisah orang-orang terdahulu; menggunakan kata isyarat : misalnya
merapatkan kedua jarinya sebagai isyarat perlunya menggelang persatuan;
keteladanan setiap apa yang disampaikan oleh Rasulullah Saw maka yang menjadi
uswahnya adalah Rasulullah sendiri.
4.
Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum
pendidikan Islam pada priode Rasululah baik di makkah maupun madinah adalah
al-Quran yang Allah wahyukan sesuai dengan kondisi dan situasi, kejadian dan
peristiwa yag dialami umat Islam pada saat itu, karena itu dalam prakteknya
tidak saja logis dan rasional tapi juga fitra dan pragmatis. Hasil cara yang
demikian dapat dilihat dari sikap rohani dan mental para pengikutnya.
5. Lembaga Pendidikan
Islam
lembaga pendidikan Islam
pada fase Makkah ada dua macam tempat yaitu rumah Arqam ibn Arqam dan Kuttah
Rumah Arqam ibn
Arqammerupakan tempat pertama berkumpulnya kaum muslimin beserta Rasulullah
untuk belajar hukum-hukum dan dasar-dasar ajaran Islam. Rumah ini merupakan
lembaga pendidikan pertama atau madrasah yang pertama sekali dalam Islam adapun
yang mengajar dalam lembaga tersebut adalah Rasulullah sendiri.
Kuttab. Pendidiksan di kuttab tidak sama dengan
pendidikan yang diadakandi rumah Arqam ibn Arqam, pendidikan di rumah Arqam ibn
Arqam kandungan materi tentang hukum Islam dan Dasar –dasar agama Islam ,
sedangkan pendidikan di kuttab pada awalnya lebih terfokus pada materi tulis
baca sastra, syair arab dan pembelajaran berhitung namun setelah datang Islam
materinya ditambah dengan materi tulis baca al-Quran dan memahami hukum-hukum
Islam. Adapun guru yang mengajar di Kuttab pada era awal Islam adalah
orang-orang non Islam. Dalam sejarah pendidikan Islam istilah kuttab telah
dikenal dikalangan bangsa arab pra Islam, secara etimologi kuttab berasal dari
bahasa Arab yakni kataba, yaktubu, kitaaban yang artinya telah menulis,
sedang menulis dan tulisan sedangkan maktab artinya meja atau tempat
menulis
E. FASE
MADINAH
Kedatangan
Nabi Muhammad Saw bersama kaum muslimin Makkah, disambut oleh penduduk Madinah
dengan gembira dan penuh rasa persaudaraan. Maka Islam mendapat lingkungan baru
yang bebas dari ancaman para penguasa Quraisy Makkah, lingkungan yang
da`wahnya, menyampaikan ajaran Islam dan menjabarkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Wahyu secara beruntun selama periode Madinah kebijaksanaan Nabi
Muhammad Saw dalam mengajarkan al-Quran adalah menganjurkan pengikutnya untuk
menghafal dan menuliskan ayat-ayat al-Quran sebagaimana diajarkannya. Beliau
sering mengadakan ulangan-ulangan dalam pembacaan al-Quran dalam salat,dalam
pidato-pidato, dalam pelajaran-pelajaran dan lain-lain kesempatan.
1. Lembaga Pendidikan Islam
Ketika
Rasulullah dan para sahabat hijra ke Madinah salah satu program pertama yang
beliau lakukan adalah pembangunan sebuah masjid. Setelah selesai pembangunan masjid, maka nabi
Muhammad Saw pindah menempati sebagian ruangannya yang memang khusus disediakan
untuknya. Demikian pula di antara kaum Muhajirin yang miskin yang tidak mampu
membangun tempat tinggalnya sendiri.
Masjid
itulah pusat kegiatan Nabi Muhammad saw bersama kaum muslimin, untuk secara
bersama-sama membina masyarakat baru, masyarakat yang disinari oleh tauhid dan
memcerminkan persatuan dan kesatuan umat. Dimasjid itulah beliau bermusyawarah
mengenai berbagai urusan, mendirikan shalat berjemaah, membacakan al-Quran,
maupun membacakan ayat-ayat yang baru diturunkan. Dengan demikian masjid itu
merupakan pusat pendidikan dan pengajaran.
Suatu
kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat
baru di Madinah, adalah disyari`atkannya media komunikasi berdasarkan wahyu,
yaitu shalat Jumat yang dilaksanakan
secara berjemaah dan adzan. Dengan shalat Jumat tersebut hampir seluruh warga
masyarakat berkumpul untuk secara langsung
mendengar khutbah dari nabi Muhammad Saw dan shalat Jumat berjemaah
F.
MATERI
PENDIDIKAN ISLAM DI MADINAH
Pada
fase Madinah materi pendidikan yang diberikan cakupannya lebih komplek
dibandingkan dengan amteri pendidikan fase Makkah. Di antara pelaksanaan
pendidikan Islam di Madinah adalah :
1.
Pendidikan
ukhwah ( persaudaraan) antara kaum muslimimin
Dalam
melaksanakan pendidikan ukhwah ini, nabi Muhammad saw bertitik tolak dari
struktur kekeluargaan yang ada pada masa itu. Untuk mempersatukan keluarga itu
nabi Muhammad saw berusaha untuk mengikatnya menjadi satu kesatuan yang
terpadu. Mereka dipesaudarakan karena Allah bukan karena yang lain-lain. Sesuai
dengan isi kontitusi Madinah pula, bahwa antara orang yang beriman, tidak boleh
membiarkan saudaranya menanggung beban hidup dan utang yang berat di antara
sesama mereka. Anatara orang yang beriman satu sama lainnya harusla saling bantu
membantu dalam menghadapi segala persoalan hidup. Mereka harus bekerja sama
dalam mendatangkan kebaikan, mengurus kepentingan bersama dan menolak
kemudaratan atau kejahatan yang akan menimpa
2.
Pendidikan
kesejahteraan sosial
Terjaminnya
kesejahteraan sosial, tergantung pertama-tama pada terpenuhinya kebutuhan pokok
daripada kehidupan sehari-hari. Untuk itu setiap orang harus bekerja mencari
nafkah. Untuk mengatasi masalah pekerjaan tersebut, nabi Muhammad Saw
memerintahkan kepada kaum Muhajirin yang telah dipersaudarakan dengan kaum
Ansor, agar mereka bekerja bersama dengan saudara-saudaranya tersebut. mereka
kaum Muhajirin yang biasa betani silakan mengikuti pertanian, yang biasa
berdaganga silakan mengikuti saudara yang berdagang. Untuk pengamanan nabi
Muhammad Saw membentuk satuan-satuan pengamat yang mendapat tugas untuk menjaga
kemungkinan-kemungkinban terjadinya serangan dan gangguan terhadap kehidupan
kaum muslimin. Satuan-satuan ini adalah merupakan embrio dari pasukan yang
bertugas untuk mengamankan dan mempertahankan serta mendukung tugas-tugas
da`wah Islam lebih lanjut.
3.
Pendidikan
kesejahteraan keluarga kaum kerabat
Yang
dimaksud dengan keluarga adalah suami, istri dan anak-anaknya. Nabi Muhammad
Saw berusaha untuk memperbaiki keadaan itu dengan memperkenalkan dan sekaligus
menerapkan sistem kekeluargaan kekerabatan baru, yang berdasarkan taqwa kepada
Allah. Diperkenalkannya sistem kekeluargaan dan kekerabatan yang berdasarkan
pada pengakuan hak-hak individu, hak-hak keluarga dan kemurniaan keturunannya
dalam kehidupan kekerabatan dan kemasyarakatan yang adil dan seimbang, seperti
yang terlihat dalam surat al-Hujarat ayat 13 :
Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di
antara kamu.
Hubungan
kekerabatan, terbentuk dengan sendirinya sebagai akibat dari aturan tentang
muhrim dan ahli waris bagi seorang yang meninggal dunia serta aturan perwalian.
Dalam hubungan kekerabatan ini, ciri-ciri individu dan keluarga tampak jelas
dan menonjol dengan hak milik terhadap harta kekeyaan, sedangkan ciri
kekerabatan hanya nampak pada hakekatnya hubungan antar individu yang ditandai
dengan tidak boleh melaksanakan perkawinan intern kerabat.
4.
Pendidikan
hamkam (pertahanan dan keamanan ) dakwah Islam
Masyarakat
kaum muslimin merupakan satu state (negara)
di bawah bimbingan nabi Muhammad saw yang mempunyai kedaulatan. Ini
merupakan dasar bagi usaha dakwahnya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada
seluruh umat manusia secara bertahap. Oleh karena itu setelah masyarakat kaum
muslimin di Madinah berdiri dan berdaulat, usaha nabi Muhammad Saw berikutnya
adalah memperluas pengakuan kedaulatan tersebut dengan jalan mengajak
kabilah-kabilah sekitar Madinah untuk mengakui konstitusi Madinah. Ajakan
tersebut disampaikan dengan baik-baik dan bijaksana.
Untuk
mereka yang tidak mau mengikat perjanjian damai ada dua kemungkinan tindakan
nabi Muhammad Saw yaitu
a.
kalau
mererka tidak menyatakan permusuhan atau tidak menyerang kaum muslimin atau
kaum kabilah yang telah mengikat perjanjian dengan kaum muslimin, maka mereka
dibiarkan saja;
b.
tetapi kalau
mereka menyatakan permusuhan dan menyerang kaum muslimin atau menyerang mereka
yang telah mengikat perjanjian damai dengan kaum muslimin, maka harus
ditundukan/diperangi, sehingga merka menyatakan tunduk dan mengakui kedaulatan
kaum muslimin
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pola
pendidikan Islam periode Rasulullah Saw fase makkah-Madinah belum
semuanya penulis buisa termuat dalam makalah. Paling tidak dari pembahasan
tersebut akan ditemukan benang merah bahwa pola pendidikan fase Makkah dan
Madinah memiliki persamaan dan perbedaan, fase Makkah ada dua lembaga
pendidikan yaitu rumah Arqam ibn Arqam dan Kuttab, sedangkan di Madinah lembaga
pendidikan rumah para sahabat dan Masjid yang multi fungsi
Materi
pendidikan di madinah adalah sebagai berikut
-
Pendidikan
ukhwah ( persaudaraan) antara kaum muslimimin
-
Pendidikan
kesejahteraan sosial
-
Pendidikan
kesejahteraan keluarga kaum kerabat
-
Pendidikan
hamkam (pertahanan dan keamanan ) dakwah Islam
Kuriukulum yang dipakai
Makkah dan Madinah adalah sama yaitu al-Quran yang dijelaskan dengan hadis nabi
Muhammad Saw yang diturunkan secara berangsur-angsur, hanya kurikulum di
Madinah lebih komplit, seirama dengan bertambahnya wahyu yang diturunkan kepada
Rasulullah Saw
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
Haekal, Sejarah
Hidup Muhammad, Penrj. Ali Audah ( Jakarta : Balai Pustaka, 1972)
Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Buni
Aksara : bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam Departemen Agama, 1997), cet ke-5
ajb
Khalid al-Amar, tarbiyah Rasulullah, penjrj. Ibn Muhammad, Fakhrudin Nursyam
( Jakarta : Gema Insani Prres 1996), cet ke-3
Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Buni
Aksara : bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam Departemen Agama, 1997), cet ke-5,
0 Response to "POLA PENDIDIKAN ISLAM PADA PERIODE RASULULLAH ( MAKKAH DAN MADINAH )"
Post a Comment