Proposal PTK penelitian Tindakan Kelas
BAB I
PENDAHULUAN
Meningkatkan motivasi dan dan prestasi belajar IPS Terpadu dengan metode
pembelajaran Discovery pada siswa kelas VII MTs NU PUTRA 2 Buntet Pesantren
Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2011-2012
A. Latar Belakang Masalah
Sistem pendidikan di Indonesia ternyata
telah mengalami banyak perubahan.
Perubahan-perubahan itu terjadi telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh
itu pendidikan semakin mengalami kemajuan. Sejalan dengan kemajuan tersebut,
maka dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukan perkembangan
yang sangat pesat.
Perkembangan itu terjadi karena terdorong
adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu ingin
menemukan metode dan peralatan baru yang dapat dikatakan bahwa pembaharuan
dalam sistem pendidikan yang mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan di
bidang pendidikan barulah ada artinya apabila dalam pendidikan dapat
dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang
sedang membangun.
Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar
adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam
satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar
mengajar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar
penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai
sentral pembelajaran.
Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam
proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar
mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat suatu pengajaran menjadi
lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan
membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran
tersebut[1].
Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional
yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman
dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudu pekerti luhur,
berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab,
mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu
menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat
kebangsaan dan rasa kesetia kawanan sosial.
Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan
mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan membangun dirinya sendiri
serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Berhasilnya tujuan
pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di antaranya adalah factor guru
dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat
mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa.
Untuk mengatasi permasalahan di atas dan
guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan
diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang
akan disampaikan.
Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan
memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh
peningkatan prestasi belajar siswa khususnya pelajaran Sejarah. Misalnya dengan
membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran
dan mampu membantu siswa terhadap konsep-konsep
yang diajarkan.
Pemahaman ini memerlukan minat dan
motivasi. Tanpa adanya minat manandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi
untuk belajar. Untuk itu, guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi
sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar.
Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran Sejarah yang diharapkan oleh guru adalah 90%. Berdasarkan
pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar rata-rata dihadapi oleh
sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar. Sehingga nilai rata-rata
mata pelajaran Sejarah sangat rendah yaitu mencapai 50%.
Hal ini disebabkan karena guru dalam proses
belajar mengajar hanya menggunakan metode ceramah, tanpa menggunakan alat
peraga, dan materi pelajaran tidak disampaikan secara kronologis. Untuk itu
dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya membangkitkan
motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa untuk terlibat
langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang berperan sebagai
pembimbing untuk menemukan konsep Sejarah. Motivasi tidak hanya menjadikan
siswa terlibat dalam kegiatan akademik, motivasi juga penting dalam menentukan
seberapa jauh siswa akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa
jauh menyerap informasi yang disajikan kepada mereka.
Siswa yang termotivasi untuk belajar
sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggii dalam mempelajari
materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengedepankan materi itu
dengan lebih baik. Tugas penting guru adalah merencanakan bagaiman guru disamping
menguasai materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan melaksanankan penyajian
materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga menghasilkan
penguasaan materi yang optimal bagi siswa.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis
mencoba menerapkan salah satu metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran
penemuan (discovery) untuk mengungkapkan apakah dengan model penemuan (discovery)
dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar IPS Terpadu.
Penulis memilih metode pembelajaran ini mengkondisikan
siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, mendiskusikan sesuatu yang berkaitan
dengan pengajaran. Dalam metode pembelajaran penemuan (discovery) siswa lebih
aktif dalam memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing
atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.
B. Identifikasi Masalah
·
Sebagian besar siswa belum menemukan motivasi untuk belajar lebih giat
·
Kreatifitas guru masih kurang dalam mengajarkan materi kepada siswa
·
Metode yang digunakan gurun hanya ceramah saja sehingga siswa merasa
bosan
·
Hasil belajar siswa kurang maksimal
C. Rumusan Masalah
·
Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran discovery terhadap motivasi
belajar siswa mata pelajaran Sejarah pada siswa kelas VII di MTs NU PUTRA 2 Buntet
Pesantrn Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2011-2012?
·
Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkanya
pembelajaran discovery mata pelajaran Sejarah
pada siswa kelas VII di MTs NU PUTRA 2 Buntet Pesantran Kecamatan Astanajapura
Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2011-2012?
D. Pemecahan Masalah
·
Dengan diaplikasikannya metode pembelajaran discovery pada mata
pelajaran Sejarah pada siswa kelas VII di MTs NU PUTRA 2 Buntet Pesantran
Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2011-2012. Siswa mampu memahami dan menemukan
motivasi belajar untuk mencapai prestasi yang memuaskan
E. Hipotesis
·
Penerapan pembelajaran discovery dapat meningkatkan motivasi belajar
mata pelajaran Sejarah pada siswa kelas VII
di MTs NU PUTRA 2 Buntet Pesantran Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2011-2012
·
Penerapan pembelajaran discovery dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
pelajaran Sejarah pada siswa kelas VII
di MTs NU PUTRA 2 Buntet Pesantran Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2011-2012
F. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
·
Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapakan
pembelajaran discovery mata pelajaran Sejarah pada siswa kelas VII di MTs NU
PUTRA 2 Buntet Pesantran Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon Tahun
Pelajaran 2011-2012
·
Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkanya
pembelajaran discovery mata pelajaran Qur’an hadist pada siswa kelas VII di MTs
NU PUTRA 2 Buntet Pesantran Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon Tahun
Pelajaran 2011-2012
G. Kriteria Keberhasilan
_> 80% : Sangat Baik
60-79.9% : Baik
40-59,9 % : Cukup
20-39,9 % : Kurang
> 20 % : Sangat Kurang
·
Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan
materi Sejarah.
·
Meningkatkan motivasi dan prestasi pada mata pelajaran Sejarah.
·
Memberikan masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk mengambil
kebijakan di sekolah tersebut.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Metode Pembelajaran Penemuan (discovery)
Teknik penemuan adalah terjemahan dari
discovery. Menurut Sund discovery adalah proses mental dimana siswa
mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses
mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan
dan sebagainya.
Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan
sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan
memberikan instruksi. Dr. J. Richard dan sistenya mencoba self-learning siswa
(belajar sendiri) itu, sehingga situasi belajar mengajar berppindah dari
situasi teacher learning menjadi student dominated learning. Dengan menggunakan
discovery learning, ialah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam
proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca
sendiri dan mencoba sendiri. Agar anak dapat belajar sendiri.
Penggunaan teknik discovery ini guru
berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Maka
teknik ini memiliki keuntungan sebagai berikut:
1. Teknik ini mampu mmembantu siswa untuk
mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam
proses kognitif/pengenalan siswa
2. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat
sangat pribadi individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa
siswa tersebut. Dapat membangkitakan kegairahan belajar siswa
3. Teknik ini mampu memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing
4. Mampu mengarahkan cara belajar siswa,
sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat
5. Membantu siswa untuk memperkuat dan
menambah kepercayaan pada diri sendiri
Strategi itu berpusat pada siswa pada siswa
tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja, membantu bila
diperlukan. Walaupun demikian teknik ini masih ada pula kelemahan yang perlu
diperhatikan ialah:
1. Pada siswa harus ada kesiapan dan
kematangan mental untuk cara belajar ini siswa harus berani dan berkeinginan
untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik
2. Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik
ini akan kurang berhasil
3. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan
perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti
dengan teknik penemuan
4. Dengan teknik ini ada yang berpendapat
bahwa proses mental ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu
mementingkan proses pengertian saja
5. memperhatikan perkembangan/pembentukan
sikap dan keterampilan bagi siswa
6. Teknik ini mungkin tidak memberikan
kesempatan untuk berfikir secara kreatif.
B. Motivasi Belajar
o
Pengertian Motivasi
Motivasi adalah
daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau
keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapan-kesiapannya untuk
memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan, sedangkan motivasi adalah
suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku
untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam
diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam
mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan
menurut Djamarah motivasi adalah suatu pendorong yang merubah energi dalam diri
seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk
mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi sangat
diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak
akan mungkin melakukan aktivitas
belajar.
Hal ini
sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Nur bahwa siswa yang termotivasi dalam
belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam
mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menterap dan menghadapkan materi
itu dengan lebih baik. Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong
seseorang untuk berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu.
Ø Macam-Macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi
dua,yyaitu:
1. Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam
individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau
belajar. Sedangkan menurut Djamarah, motivasi intrinsik adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam
setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Winata ada beberapa strategi dalam mengajar
untuk untuk membangun motivasi intrinsik. Strategi tersebut adlah sebagai
berikut:
1. Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan
siswa
2. Memberikan kebebasan dalam memperluas
materi pelajaran sebatas yang pokok
3. Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa
untuk mengerjakan tugas dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah.
4. Sesekali memberikan penghargaan pada siswa
atas pekerjaanya
5. Meminta siswa untuk menjelaskan hasil
pekerjaanya.
2. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat
pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaam
dari orang lain sehingga dengan kondisi demikian akhirnya ia mau melakukan
sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh
orang tuanya agar mendapat peringkat pertama di kelasnya.
Sedangkan menurut Djamarah, motivasi
ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi instrinsik. Mottivasi ekstrinsik
adalah motif-motif yanf aktif dan berfungsi karena adanyya perangsang dari
luar. Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan
motivasi instrinsik antara lain:
1. Kompetisi (persaingan): guru berusaha
menciptakan persaingan di antara siswanya untuk meningakatkan prestasi
belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya
dan mengatasi prestasi orang lain
2. Pace Making (membuat tujuan sementara atau
dekat): pada awal kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu
menyampaikan kepada siswa TPK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa
berusaha untuk mencapai TPK tersebut.
3. Tujuan yang jelas: motif mendorong individu
untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi
individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakukan
sesuatu perbuatan.
4. Kesempurnaan untuk sukses: kesuksesan dapat
menimbulkan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri,
sedangkan kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru
hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan
usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru.
5. Minat yang besar: motif akan timbul jika
individu memiliki minat yang besar
6. Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya
semua siswa mau belajar dengan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti
dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan.
Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan,
barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik.
Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.
C. Prestasi Belajar
Belajar
dapat membawa suatu perubahan pad aindividu yang belajar. Perubahan ini
merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik.
Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan
dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto, prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai (dilakuan, dikerjakan), dalam hal ini
prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang
yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan
pikiran[2].
Berdasarkan
uraian diatas dapat dikataakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa
dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan
kegiatan belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan guru. Disamping itu guru dapat
mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di
sekolah.
Sejalan
dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar Qur’an
Hadist adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melibatkan secara
langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor dalam proses belajar Sejarah.
D. Hubungan Motivasi dan Prestasi Belajar
Terhadap Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery)
Motivasi
adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam
mencapai tujuan tertentu. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan
menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu.
Sehinggga siswa itu akan menyerap dan mengedepankan materi itu dengan llebih baik.
Sedangkan
prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh
potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar.
Sedangkan metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah suatu metode
pembelajaran yang memberikan kesempatan dan menuntut siswa terlibat secara
aktif didalam mencapai tujuan pembelajaran dengan memberikan informasi singkat.
Pengetahuan
yang diperoleh dengan belajar penemuan (discovery) akan bertahan lama,
mempunyai efek transfer yang lebih baik dan meningkatkan siswa dan kemampuan
berfikir secara bebas. Secara umum belajar penemuan (discovery) ini melatih
keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan
orang lain. Selain itu, belajar penemuan
membangkitkan keingintahuan siswa, member motivasi untuk bekerja sampai
menemukan jawaban. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
motivasi dalam pembelajaran model penemuan (discovery) tersebut maka
hasil-hasil belajar akan menjadi optimal.
Maka tepat
motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan
motivasi yang tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan tinggi pula.jadi
motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar siswa, hasil ini
akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang bersifat reflektif, partisipatif, kolaboratif, dan spiral, bertujuan
untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap system, cara kerja, proses, isi,
dan kompetensi atau situasi pembelajaran. PTK yaitu suatu kegiatan menguji
cobakan suatu ide kedalam praktik atau situasi nyata dalam harapan kegiatan
tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.
B. Subjek PTK
Pada penelitian ini, peneliti sebagai guru dan merencanakan kegiatan
sebagai berikut:
1. Menyusun angket untuk pembelajaran dan
menyusun rencana program pembelajaran
2. Mengumpulkan data dengan cara mengamati
kegiatan pembelajaran dan wawancara untuk mengetahui proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru kelas
3. Melaksanakan rencana program pembelajaran
yang telah dibuat
4. Melaporkan hasil penelitian
C. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanankan di MTs NU PUTRA 2
Buntet Pesantran Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon.
D. Data dan Sumber
1. Data dalam penelitian ini adalah kemampuan
berfikir siswa yang diperoleh dengan mengamati munculnya pertanyaan dan jawaban
yang muncul selama diskusi berlangsung dan diklasifikasikan C1 – C6. Data untuk
hasil penelitian diperoleh berdasarkan nilai ulangan harian (test).
2. Sumber data penelitian adalah siswa kelas
sebagai objek penelitian.
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara awal dilakukan pada guru dan
siswa untuk menentukan tindakan, wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi
awal siswa
2. Angket
Angket merupakan data penunjang yang
digunakan untuk mengumpulkan informasi terkait dengan respon atau tanggapan
siswa terhadap penerapan pembelajaran
3. Obsevasi
Observasi dilaksanakan untuk memperoleh
data kemampuan berfikir siswa yang terdiri dari beberapa descriptor yang ada
selama pembelajaran berlangsung. Obsevasi ini dilakukan dengan menggunakan
lembar observasi yang telah disusun
4. Test
Test dilaksanakan setiap akhir siklus, hal
ini dimaksudkan untuk mengukur hasil yang diperoleh siswa setelah pemberian
tindakan. Test tersebut berbentuk multiple choise agar abnyak materi tercakup
5. Catatan Lapangan
Catatan lapangan digunakan sebagai
pelengkap data penelitian sehingga diharapkan semua data yang tidak termasuk
dalam observasi dapat dikumpulkan pada penelitian ini.
F. Analisis Data
1. Kemampuan Berfikir
Kualitas
pertanyaan dan jawaban siswa dianalisis dengan rubric, kemudian untuk
mengetahui peningkatan skor kemampuan berfikir, pertanyaan dan jawaban yang
dinilai dengan rubric pada siklus II.
Rumus untuk mencari skor klasikal kemampuan
bertanya siswa:
Skor rill x 4
Skor maks
Keterangan:
Skor rill: skor total yang diperoleh siswa
Skor maksimal: skor total yang seharusnya
diperoleh siswa
4 : skor maksimal dari tiap jawaban
2. Hasil Belajar
Hasil
belajar pada aspek kognitif dari hasil test formatif dengan menggunakan
criteria ketuntasan belajar. Siswa dianggap telah belajar tuntas apabila daya
serapnya mencapai 65% secara kelompok dianggap tuntas jika telah belajar,
apabila mencapai 85% dari jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 65%.
G. Perencanaan dan Prosedur Penelitian
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan
proses pembelajaran yang dilakukan adalah model pembelajaran kooperatif.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari
perencanaan, tindakan, penerapan tindakan, observasi, refleksi.
Ø Siklus I
1. Perencanaan
Sebelum melaksanakan tindakan mak perlu tindakan
persiapan. Kegiatan pada tahap ini adalah:
·
Penyusunan RPP dengan model pembelajarn yang di rencanakan dalam PTK.
·
Penyusunan lembar masalah/lembar kerja siswa sesuai dengan indicator
pembelajaran yang akan dicapai.
·
Membuat soal test yang akan diadakan untuk mengetahui hasil pembelajaran
siswa.
·
Memmembentuk kelompok yang bersifat heterogen baik dari segi kemampuan
akademis, jenis kelamin maupun etnis
·
Memberikan penjelasan pada siswa mengenai teknik pelaksanaan model pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
2. Pelaksanaan Tindakan
·
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
dibuat dalam pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama
pembelajaran, siswa dibimbing untuk belajar Qur’an Hadist dengan model
discovery adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah (sesuaikan dengan
skenariao pembelajaran).
·
Kegiatan penutup
Di akhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap
siklus, guru memberikan tes secara tertulis untuk mengevaluasi hasil belajar
siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Observasi
Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan
hendaknya pengamat melakukan kolaborasi dalam pelaksanaannnya.
4. Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah
diperoleh. Hasil analisis data yang telah ada dipergunakan untuk melakukan
evaluasi terhadap proses dan hasil yang ingin dicapai
Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa
yang telah atau belum terjadi, apa yang telah dihasilkan, kenapa hal itu
terjadi dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi digunakan
untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan
pada siklus II.
Ø Siklus II
Kegiatan pada siklus II pada dasarnyya sama dengan
pada siklus I sehingga lebih mengarah pada perbaikan pada pelaksanaan siklus I.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: balai pustaka
Ø Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan
Pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta
[1] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990
[2] Dimyati dan Mujiono. 2002
0 Response to "Proposal PTK penelitian Tindakan Kelas"
Post a Comment