PERANG SALIB DAN INVASI MONGOL
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ................................................................................... 1
B.
Perumusan Masalah............................................................................. 1
C.
Tujuan Penulisan................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Perang
Salib......................................................................................... 3
B. Situasi
di Dunia................................................................................... 3
C. Periode
Perang.................................................................................... 6
D. Kondisi
Sesudah Perang..................................................................... 8
E. Peninggalan-peninggalan
Perang........................................................9
F. Serangan-serangan
Mongol................................................................11
BAB III KESIMPULAN.................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 18
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
S.W.T yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.Shalwat beserta salam semoga tetap terlimpahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W, keluarga, sahabat dan mudah-mudahan
kita sebagai umatnya beharap kelak mendapatkan syafa’atnya, Amiin.
Ucapan terima kasih tak lupa kami tujukan
kepada Jaja Suteja, M.Pd, selaku dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Teman-teman yang telah memberikan motivasi
sehingga dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul Perang Salib
dan Invasi Mongol.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya saran dan kritik yang membangun sangat
kami harapkan guna kesempurnaan makalah selanjutnya.
Cirebon, April 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dunia sekarang mungkin tidak akan
pernah lupa dengan peperangan yang mengguncangkan dunia, baik dunia barat
maupun dunia timur, bahkan hal ini menjadi kenangan kelam kalangan penganut
agama samawi, maupun non-samawi. Bergam pendapat bermunculan, bahkan mungkin
lebih tepat hal-hal kemanusiaan dihujat, karena peperangan ini menimbulkan
bencana kemanusiaan.
Perang salib merupakan peperangan
yang terjadi diantara kelompok penganut agama samawi antara Kristen dan islam,
yang imbasnya bahkan menerpa kalangan yahudi. Berbagai pembantaian dilakukan
atau peperangan dilakukan untuk menguasai perdagangan-perdagangan strategis.
Yang kedua adalah serangan bangsa
Mongol terhadap wilayah-wilayah kekuasaan islam atau bahkan jatung kekuasaan
umat Islam, dampak yang terjadi, justru diluar analisis kemanusian. Untuk
mengetahui sejauh mana Perang salib dan serangan bangsa Mongol, maka kita perlu
mengetahui bagaimankah perang salib itu terjadi, dan sejauh mana perang
tersebut mengubah wajah dunia, untuk itulah makalah ini mencoba membahas lebih
lanjut tetantang perang salib dan serangan bangsa Mongol.
B.
Rumusan Masalah
Berawal dari latar belakang diatas kami merumuskan beberapa
masalah yaitu :
- Bagaimana Perang Salib ?
- Bagaimana Situasi di
Dunia?
- Bagaimana Periode Perang ?
- Bagaimana
Kondisi Sesudah Perang ?
- Bagaimana
Peninggalan-peninggalan Setelah Perang ?
- Bagaimana Serangan-serangan Bangsa Mongol ?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Ingin Mengetahui Perang Salib
2.
Ingin
Mengetahui Situasi di Dunia
3.
Ingin
Mengetahui Periode Perang
4. Ingin Mengetahui Kondisi Sesudah perang
5. Ingin Mengetahui Peninggalan-peninggalan Perang
6. Ingin Mengetahui Serangan-serangan
Mongol
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perang Salib
Perang salib adalah
gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi umat Muslim di Palestina secara berulang-ulang
mulai abad ke-11 sampai abad ke-13, dengan tujuan untuk merebut Tanah Suci
dari kekuasaan kaum Muslim dan mendirikan gereja
dan kerajaan Latin di Timur. Dinamakan Perang Salib, karena setiap orang Eropa yang
ikut bertempur dalam peperangan memakai tanda salib pada bahu, lencana dan
panji-panji mereka.
Istilah ini juga digunakan
untuk ekspedisi-ekspedisi kecil yang terjadi selama abad ke-16 di wilayah di
luar Benua Eropa, biasanya terhadap kaum pagan dan kaum non-Kristiani untuk alasan campuran; antara agama, ekonomi, dan
politik. Skema penomoran tradisional atas Perang Salib memasukkan 9
ekspedisi besar ke Tanah Suci selama Abad ke-11 sampai dengan Abad ke-13.
“Perang Salib” lainnya yang tidak bernomor berlanjut hingga Abad ke-16 dan
berakhir ketika iklim politik dan agama di Eropa berubah secara signifikan
selama masa Renaissance. PerangSalib pada hakikatnya bukan perang agama, melainkan perang merebut kekuasaan
daerah. Hal ini dibuktikan bahwa tentara Salib dan tentara Muslim saling
bertukar ilmu pengetahuan.
Perang Salib berpengaruh sangat luas terhadap aspek-aspek politik,
ekonomi dan sosial, yang mana beberapa bahkan masih berpengaruh sampai masa
kini. Karena konfilk internal antara kerajaan-kerajaan Kristen dan
kekuatan-kekuatan politik, beberapa ekspedisi Perang Salib (seperti Perang Salib Keempat) bergeser dari tujuan
semulanya dan berakhir dengan dijarahnya kota-kota Kristen, termasuk ibukota Byzantium, Konstantinopel-kota
yang paling maju dan kaya di benua Eropa saat itu. Perang Salib Keenam adalah perang salib pertama
yang bertolak tanpa restu resmi dari gereja Katolik, dan
menjadi contoh preseden yang memperbolehkan penguasa lain untuk secara individu
menyerukan perang salib dalam ekspedisi berikutnya ke Tanah Suci. Konflik
internal antara kerajaan-kerajaan Muslim dan kekuatan-kekuatan politik pun mengakibatkan
persekutuan antara satu faksi melawan faksi lainnya seperti persekutuan antara
kekuatan Tentara Salib dengan Kesultanan
Rum yang Muslim
dalam Perang Salib Kelima.
B. Situasi
di Dunia
1.
Situasi di Eropa
Asal mula ide perang salib adalah perkembangan yang terjadi di Eropa Barat
sebelumnya pada Abad Pertengahan, selain itu juga menurunnya
pengaruh Kekaisaran Byzantium di timur yang disebabkan
oleh gelombang baru serangan Muslim Turki. Pecahnya Kekaisaran Carolingian pada akhir Abad Ke-9,
dikombinasikan dengan stabilnya perbatasan Eropa sesudah
peng-Kristen-an bangsa-bangsa Viking, Slavia, dan Magyar, telah
membuat kelas petarung bersenjata yang energinya digunakan secara salah untuk
bertengkar satu sama lain dan meneror penduduk setempat.Usaha ini dinilai
berhasil, akan tetapi para ksatria yang berpengalaman selalu mencari tempat
untuk menyalurkan kekuatan mereka dan kesempatan untuk memperluas daerah
kekuasaan pun menjadi semakin tidak menarik. Pengecualiannya adalah saat
terjadi Reconquista
di Spanyol dan
Portugal,
dimana pada saat itu ksatria-ksatria dari Iberia dan pasukan
lain dari beberapa tempat di Eropa bertempur melawan pasukan Moor Islam, yang
sebelumnya berhasil menyerang dan menaklukan sebagian besar Semenanjung Iberia dalam kurun waktu 2 abad dan
menguasainya selama kurang lebih 7 abad.
Pada tahun 1063, Paus Alexander II memberikan restu kepausan bagi
kaum Kristen Iberia untuk
memerangi kaum Muslim.
Paus memberikan baik restu kepausan standar maupun pengampunan bagi siapa saja
yang terbunuh dalam pertempuran tersebut. Maka, permintaan yang datang dari Kekaisaran Byzantium yang sedang terancam oleh
ekspansi kaum Muslim
Seljuk, menjadi
perhatian semua orang di Eropa. Hal ini terjadi pada tahun 1074, dari Kaisar Michael VII kepada Paus Gregorius VII dan sekali lagi pada tahun
1095, dari Kaisar Alexius I Comnenus kepada Paus
Urbanus II.
Perang Salib adalah sebuah gambaran dari dorongan keagamaan yang intens
yang merebak pada akhir abad ke-11 di masyarakat. Seorang tentara Salib,
sesudah memberikan sumpah sucinya, akan menerima sebuah salib dari Paus atau
wakilnya dan sejak saat itu akan dianggap sebagai “tentara gereja”. Hal ini
sebagian adalah karena adanya Kontroversi
Investiture, yang berlangsung mulai tahun 1075 dan masih berlangsung selama
Perang Salib Pertama. Karena kedua belah pihak
yang terlibat dalam Kontroversi
Investiture berusaha untuk menarik pendapat publik, maka masyarakat menjadi
terlibat secara pribadi dalam pertentangan keagamaan yang dramatis. Hasilnya
adalah kebangkitan semangat Kristen dan ketertarikan publik pada
masalah-masalah keagamaan.
Hal ini kemudian diperkuat oleh propaganda keagamaan tentang Perang untuk
Keadilan untuk mengambil kembali Tanah Suci – yang termasuk Yerusalem
(dimana kematian, kebangkitan dan pengangkatan Yesus ke Surga terjadi menurut
ajaran Kristen) dan Antiokhia (kota Kristen yang pertama) - dari orang Muslim.
Selanjutnya, “Penebusan Dosa” adalah faktor penentu dalam hal ini. Ini menjadi
dorongan bagi setiap orang yang merasa pernah berdosa untuk mencari cara
menghindar dari kutukan abadi di Neraka. Persoalan ini diperdebatkan dengan
hangat oleh para tentara salib tentang apa sebenarnya arti dari “penebusan
dosa” itu. Kebanyakan mereka percaya bahwa dengan merebut Yerusalem kembali,
mereka akan dijamin masuk surga pada saat mereka meninggal dunia. Akan tetapi,
kontroversi yang terjadi adalah apa sebenarnya yang dijanjikan oleh paus yang
berkuasa pada saat itu. Suatu teori menyatakan bahwa jika seseorang gugur
ketika bertempur untuk Yerusalemlah “penebusan dosa” itu berlaku.
Teori ini mendekati kepada apa yang diucapkan oleh Paus Urbanus II dalam
pidato-pidatonya. Ini berarti bahwa jika para tentara salib berhasil merebut
Yerusalem, maka orang-orang yang selamat dalam pertempuran tidak akan diberikan
“penebusan”. Teori yang lain menyebutkan bahwa jika seseorang telah sampai ke
Yerusalem, orang tersebut akan dibebaskan dari dosa-dosanya sebelum Perang
Salib. Oleh karena itu, orang tersebut akan tetap bisa masuk Neraka jika
melakukan dosa sesudah Perang Salib. Seluruh faktor inilah yang memberikan
dukungan masyarakat kepada Perang Salib Pertama dan kebangkitan keagamaan pada
abad ke-12.
2.
Situasi Timur
Tengah
Keberadaan Muslim di Tanah Suci harus dilihat sejak penaklukan bangsa Arab
terhadap Palestina
dari tangan Kekaisaran Bizantium pada abad ke-7. Hal ini sebenarnya tidak
terlalu memengaruhi penziarahan ke tempat-tempat suci kaum Kristiani atau
keamanan dari biara-biara dan masyarakat Kristen di Tanah Suci Kristen ini.
Sementara itu, bangsa-bangsa di Eropa Barat
tidak terlalu perduli atas dikuasainya Yerusalem–yang
berada jauh di Timur–sampai ketika mereka sendiri mulai menghadapi invasi dari
orang-orang Islam dan bangsa-bangsa non-Kristen lainnya seperti bangsa Viking dan Magyar. Akan
tetapi, kekuatan bersenjata kaum Muslim Turki Saljuk yang berhasil memberikan
tekanan yang kuat kepada kekuasaan Kekaisaran Byzantium
yang beragama Kristen Ortodoks Timur.
Titik balik lain yang berpengaruh terhadap pandangan Barat kepada Timur
adalah ketika pada tahun 1009, kalifah Bani Fatimiyah, Al-Hakim bi-Amr Allah
memerintahkan penghancuran Gereja Makam Kudus (Church of the Holy
Sepulchre). Penerusnya memperbolehkan Kekaisaran Byzantium untuk membangun
gereja itu kembali dan memperbolehkan para peziarah untuk berziarah di tempat
itu lagi. Akan tetapi, banyak laporan yang beredar di Barat tentang kekejaman
kaum Muslim terhadap para peziarah Kristen. Laporan yang didapat dari para
peziarah yang pulang ini kemudian memainkan peranan penting dalam perkembangan
Perang Salib pada akhir abad itu.
3.
Penyebab Langsung Perang
Salib
Penyebablangsung dari Perang Salib Pertama adalah permohonan Kaisar Alexius I
kepada Paus Urbanus II untuk menolong Kekaisaran Byzantium dan
menahan laju invasi tentara Muslim ke dalam wilayah kekaisaran tersebut. Hal ini dilakukan
karena sebelumnya pada tahun 1071, Kekaisaran Byzantium telah dikalahkan oleh
pasukan Seljuk yang dipimpin oleh Sulthan Alp Arselan di Pertempuran Manzikert, yang hanya berkekuatan
15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang
berjumlah 40.000 orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia. Dan
kekalahan ini berujung kepada dikuasainya hampir seluruh wilayah Asia Kecil
(Turki modern). Meskipun Pertentangan Timur-Barat sedang berlangsung
antara gereja Katolik Barat dengan gereja Ortodoks
Timur, Alexius
I mengharapkan respon yang positif atas permohonannya. Bagaimanapun, respon
yang didapat amat besar dan hanya sedikit bermanfaat bagi Alexius I.
Paus menyeru bagi kekuatan invasi yang besar bukan saja untuk mempertahankan
Kekaisaran Byzantium,
akan tetapi untuk merebut kembali Yerusalem,
setelah Dinasti Seljuk dapat merebut Baitul
Maqdis pada tahun 1078 dari kekuasaan dinasti Fatimiyah yang berkedudukan di Mesir. Umat Kristen
merasa tidak lagi bebas beribadah sejak Dinasti Seljuk menguasai Baitul Maqdis.
Ketika
Perang Salib Pertama didengungkan pada 27
November 1095[13],
para pangeran Kristen
dari Iberia
sedang bertempur untuk keluar dari pegunungan Galicia dan Asturia, wilayah Basque dan Navarre, dengan
tingkat keberhasilan yang tinggi, selama seratus tahun. Kejatuhan bangsa Moor Toledo kepada Kerajaan
León pada tahun 1085 adalah kemenangan yang besar. Ketidakbersatuan
penguasa-penguasa Muslim merupakan faktor yang penting dan kaum Kristen yang
meninggalkan para wanitanya di garis belakang amat sulit untuk dikalahkan.
Mereka tidak mengenal hal lain selain bertempur. Mereka tidak memiliki
taman-taman atau perpustakaan untuk dipertahankan. Para ksatria Kristen ini
merasa bahwa mereka bertempur di lingkungan asing yang dipenuhi oleh orang kafir sehingga mereka
dapat berbuat dan merusak sekehendak hatinya. Seluruh faktor ini kemudian akan
dimainkan kembali di lapangan pertempuran di Timur. Ahli sejarah Spanyol melihat
bahwa Reconquista
adalah kekuatan besar dari karakter Castilia,
dengan perasaan bahwa kebaikan yang tertinggi adalah mati dalam pertempuran
mempertahankan ke-Kristen-an suatu Negara.
C.
Periode Perang
1.
Perang Salib I
Pada musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa, sebagian besar
bangsa Perancis
dan Norman berangkat menuju Konstantinopel,
kemudian ke Palestina.
Tentara
Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond ini
memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil
menaklukkan Nicea
dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa).
Di sini mereka mendirikan County Edessa dengan Baldwin sebagai
raja. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiokhia dan
mendirikan Kepangeranan Antiokhia di Timur, Bohemond
dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Baitul
Maqdis (Yerusalem) pada 15 Juli 1099 M dan mendirikan Kerajaan Yerusalem dengan rajanya, Godfrey.
Setelah penaklukan Baitul Maqdis itu, tentara Salib melanjutkan ekspansinya.
Mereka menguasai kota Akka
(1104 M), Tripoli
(1109 M) dan kota Tyre
(1124 M). Di Tripoli
mereka mendirikan County Tripoli, rajanya adalah Raymond.
Selanjutnya,
Syeikh Imaduddin Zengi pada tahun 1144 M, penguasa Mosul dan Irak, berhasil
menaklukkan kembali Aleppo,
Hamimah, dan Edessa.
Namun ia wafat tahun 1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh puteranya, Syeikh Nuruddin
Zengi. Syeikh Nuruddin berhasil merebut kembali Antiokhia
pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M, seluruh Edessa dapat direbut kembali.
2.
Perang Salib II
Kejatuhan
County Edessa ini menyebabkan orang-orang Kristen
mengobarkan Perang Salib kedua. Paus
Eugenius III menyampaikan perang suci yang disambut positif oleh raja Perancis Louis VII dan raja Jerman Conrad II. Keduanya
memimpin pasukan Salib untuk merebut wilayah Kristen di Syria. Akan tetapi,
gerak maju mereka dihambat oleh Syeikh Nuruddin Zengi. Mereka tidak berhasil
memasuki Damaskus.
Louis VII dan Conrad II sendiri melarikan diri pulang ke negerinya. Syeikh
Nuruddin wafat tahun 1174 M. Pimpinan perang kemudian dipegang oleh Sultan Shalahuddin al-Ayyubi yang berhasil
mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M, setelah
berhasil mencegah pasukan salib untuk menguasai Mesir. Hasil peperangan
Shalahuddin yang terbesar adalah merebut kembali Yerusalem
pada tahun 1187 M, setelah beberapa bulan sebelumnya dalam Pertempuran Hittin, Shalahuddin berhasil
mengalahkan pasukan gabungan County Tripoli dan Kerajaan Yerusalaem melalui
taktik penguasaan daerah.
Dengan
demikian berakhirlah Kerajaan Latin di Yerussalem yang berlangsung selama 88
tahun berakhir. Sehabis Yerusalem, tinggal Tirus
merupakan kota besar Kerajaan Yerusalem yang tersisa. Tirus yang saat itu
dipimpin oleh Conrad dari Montferrat
berhasil sukses dari pengepungan yang dilakukan Shalahuddin sebanyak dua kali.
Shalahuddin kemudian mundur dan menaklukan kota lain, seperti Arsuf dan Jaffa.
3.
Perang Salib III
Jatuhnya
Yerussalem ke tangan kaum Muslim sangat memukul perasaan Tentara Salib. Mereka pun
menyusun rencana balasan. Selanjutnya, Tentara Salib dipimpin oleh Frederick Barbarossa raja Jerman, Richard si Hati Singa raja Inggris, dan Philip Augustus raja Perancis
memunculkan Perang Salib III.[18]
Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M dengan dua jalur berbeda. Pasukan
Richard dan Philip melalui jalur laut dan pasukan Barbarossa - saat itu
merupakan yang terbanyak di Eropa - melalui jalur darat, melewati
Konstantinopel. Namun, Barbarossa meninggal di daerah Cilicia karena
tenggelam di sungai, sehingga menyisakan Richard dan Philip. Sebelum menuju
Tanah Suci, Richard dan Philip sempat menguasai Siprus dan
mendirikan Kerajaan Siprus.
Meskipun
mendapat tantangan berat dari Shalahuddin, namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian
dijadikan ibu kota kerajaan Latin. Philip kemudian balik ke Perancis untuk
"menyelesaikan" masalah kekuasaan di Perancis dan hanya tinggal
Richard yang melanjutkan Perang Salib III. Richard tidak mampu memasuki Palestina
lebih jauh, meski bisa beberapa kali mengalahkan Shalahuddin. Pada tanggal 2
Nopember 1192 M, dibuat perjanjian antara Tentara Salib dengan Shalahuddin yang
disebut dengan Shulh al-Ramlah. Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa
orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Baitul
Maqdis tidak akan diganggu.
4.
Perang Salib IV
Pada tahun 1219 M, meletus kembali peperangan yang dikenal
dengan Perang Salib periode keenam, dimana tentara Kristen dipimpin oleh raja Jerman, Frederik II, mereka berusaha
merebut Mesir
lebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen Koptik. Dalam serangan
tersebut, mereka berhasil menduduki Dimyath, raja Mesir dari Dinasti
Ayyubiyah waktu itu, al-Malik al-Kamil,
membuat penjanjian dengan Frederick. Isinya antara lain Frederick bersedia
melepaskan Dimyath, sementara al-Malik al-Kamil melepaskan Palestina, Frederick
menjamin keamanan kaum muslimin di sana, dan Frederick tidak mengirim bantuan
kepada Kristen
di Syria. Dalam
perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin
tahun 1247 M, pada masa pemerintahan al-Malik al-Shalih,
penguasa Mesir selanjutnya.
Ketika
Mesir dikuasai oleh Dinasti
Mamalik yang menggantikan posisi Dinasti Ayyubiyyah, pimpinan perang dipegang
oleh Baibars, Qalawun, dan Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah. Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum Muslim tahun 1291 M.
Demikianlah Perang Salib yang berkobar di Timur. Perang ini tidak berhenti di
Barat, di Spanyol,
sampai umat Islam
terusir dari sana.
D.
Kondisi Sesudah Perang
Salib
Perang Salib Pertama melepaskan gelombang
semangat perasaan paling suci sendiri yang diekspresikan dengan pembantaian terhadap
orang-orang Yahudi
yang menyertai pergerakan tentara Salib melintasi Eropa dan juga
perlakuan kasar terhadap pemeluk Kristen
Ortodoks Timur.
Kekerasan terhadap Kristen Ortodoks ini berpuncak pada penjarahan kota Konstantinopel
pada tahun 1024, dimana seluruh kekuatan tentara Salib ikut serta. Selama
terjadinya serangan-serangan terhadap orang Yahudi, pendeta lokal dan orang
Kristen berupaya melindungi orang Yahudi dari pasukan Salib yang melintas.
Orang Yahudi seringkali diberikan perlindungan di dalam gereja atau bangunan
Kristen lainnya, akan tetapi, massa yang beringas selalu menerobos masuk dan
membunuh mereka tanpa pandang bulu.
Pada abad ke-13, perang salib tidak pernah mencapai tingkat kepopuleran
yang tinggi di masyarakat. Sesudah kota Akka jatuh untuk
terakhir kalinya pada tahun 1291 dan sesudah penghancuran bangsa Ositania (Perancis
Selatan) yang berpaham Katarisme pada Perang Salib Albigensian, ide perang salib
mengalami kemerosotan nilai yang diakibatkan oleh pembenaran lembaga Kepausan
terhadap agresi politik dan wilayah yang terjadi di Katolik Eropa.
Orde Ksatria Salib mempertahankan wilayah adalah orde Ksatria Hospitaller. Sesudah kejatuhan Akka
yang terakhir, orde ini menguasai Pulau
Rhodes dan pada abad ke-16 dibuang ke Malta.
Tentara-tentara Salib yang terakhir ini akhirnya dibubarkan oleh Napoleon Bonaparte pada tahun 1798.
E. Peninggalan-peninggalan Perang
1. Benua Eropa
Perang Salib selalu dikenang oleh bangsa-bangsa di Eropa bagian
Barat dimana pada masa Perang Salib merupakan negara-negara Katolik Roma.
Perang Salib juga menimbulkan kenangan pahit. Banyak pula kritikan pedas terhadap
Perang Salib di negara-negara Eropa Barat pada masa Renaissance.
2. Politik dan Budaya
Meski
benua Eropa telah bersinggungan dengan budaya
Islam selama berabad-abad melalui hubungan antara Semenanjung Iberia dengan Sisilia, banyak
ilmu pengetahuan di bidang-bidang sains, pengobatan dan arsitektur diserap dari
dunia Islam ke dunia Barat selama masa perang salib.
Pengalaman militer perang salib juga memiliki pengaruh di
Eropa, seperti misalnya, kastil-kastil di Eropa mulai menggunakan bahan dari
batu-batuan yang tebal dan besar seperti yang dibuat di Timur, tidak lagi
menggunakan bahan kayu seperti sebelumnya. Sebagai tambahan, tentara Salib
dianggap sebagai pembawa budaya Eropa ke dunia, terutama Asia.
Bersama perdagangan, penemuan-penemuan dan
penciptaan-penciptaan sains baru mencapai timur atau barat. Kemajuan bangsa Arab
termasuk perkembangan aljabar, lensa dan lain lain mencapai barat dan menambah laju
perkembangan di universitas-universitas Eropa yang kemudian mengarahkan kepada
masa Renaissance pada abad-abad berikutnya.
3. Perdagangan
Kebutuhan untuk memuat, mengirimkan dan menyediakan balatentara
yang besar menumbuhkan perdagangan di seluruh Eropa. Jalan-jalan yang sebagian
besar tidak pernah digunakan sejak masa pendudukan Romawi, terlihat
mengalami peningkatan disebabkan oleh para pedagang yang berniat mengembangkan
usahanya. Ini bukan saja karena Perang Salib mempersiapkan Eropa untuk
bepergian akan tetapi lebih karena banyak orang ingin bepergian setelah
diperkenalkan dengan produk-produk dari timur. Hal ini juga membantu pada
masa-masa awal Renaissance di Itali, karena banyak negara-kota di Itali yang sejak awal
memiliki hubungan perdagangan yang penting dan menguntungkan dengan
negara-negara Salib,
baik di Tanah
Suci maupun kemudian di daerah-daerah bekas Byzantium.
Pertumbuhan perdagangan membawa banyak barang ke Eropa yang sebelumnya
tidak mereka kenal atau amat jarang ditemukan dan sangat mahal. Barang-barang
ini termasuk berbagai macam rempah-rempah, gading, batu-batu mulia, teknik
pembuatan barang kaca yang maju, bentuk awal dari mesiu, jeruk, apel,
hasil-hasil tanaman Asia lainnya dan banyak lagi.
Keberhasilan
untuk melestarikan Katolik Eropa, bagaimanapun, tidak dapat mengabaikan
kejatuhan Kekaisaran Kristen Byzantium, yang sebagian besar diakibatkan oleh
kekerasan tentara Salib pada Perang Salib Keempat terhadap Kristen Orthodox
Timur, terutama pembersihan yang dilakukan oleh Enrico Dandolo yang
terkenal, penguasa Venesia dan sponsor Perang Salib Keempat. Tanah Byzantium adalah
negara Kristen yang stabil sejak abad ke-4. Sesudah tentara Salib mengambil
alih Konstantinopel pada tahun 1204, Byzantium tidak pernah lagi menjadi
sebesar atau sekuat sebelumnya dan akhirnya jatuh pada tahun 1453.
4. Dunia Islam
Perang salib memiliki efek yang buruk tetapi terlokalisir pada
dunia Islam. Dimana persamaan antara “Bangsa Frank” dengan
“Tentara Salib” meninggalkan bekas yang amat dalam. Muslim secara tradisional
mengelu-elukan Saladin,
seorang ksatria Kurdi,
sebagai pahlawan Perang Salib. Pada abad ke-21, sebagian dunia Arab, seperti
gerakan kemerdekaan Arab dan gerakan Pan-Islamisme
masih terus menyebut keterlibatan dunia Barat di Timur
Tengah sebagai “perang salib”. Perang Salib dianggap oleh dunia Islam
sebagai pembantaian yang kejam dan keji oleh kaum Kristen Eropa.
5. Komunitas Yahudi
Terjadi
kekerasan tentara Salib terhadap bangsa Yahudi di kota-kota
di Jerman dan Hongaria,
belakangan juga terjadi di Perancis dan Inggris, dan pembantaian Yahudi di Palestina dan
Syria menjadi
bagian yang penting dalam sejarah Anti-Semit,
meski tidak ada satu perang salib pun yang pernah dikumandangkan melawan
Yahudi. Serangan-serangan ini meninggalkan bekas yang mendalam dan kesan yang
buruk pada kedua belah pihak selama berabad-abad. Kebencian kepada bangsa
Yahudi meningkat. Posisi sosial bangsa Yahudi di Eropa Barat semakin merosot
dan pembatasan meningkat selama dan sesudah Perang Salib. Hal ini memuluskan
jalan bagi legalisasi Anti-Yahudieh Paus Innocentius III dan membentuk titik balik
bagi Anti-Semit
abad pertengahan.
F. Serangan-Serangan
Mongol
1. Latar
belakang bangsa mongol
Asal mula bangsa mongol adalah dari masyatakat hutan
yang mendiami Siberia dan mongol luar di sekitar danau pegunungan altani
tepatnya dibagian barat laut cina. Sebenarnya merka itu bukanlah suku nomad
yang berpindah-pindah dari satu stepa yang lain, walaupun menaklukkan banyak
stepa dengan ketangkasannya menunggang kuda. Pemimpin bangsa mongol di sebut
khan. Khan bangsa mongol yang pertama yang diketahui dalam sejarah adalah
yesugei (w. 1175). Ia adalah ayah jengis. Jengis aslinya bernama temujin,
seorang pandai besi yang mencuat namanya karena perselisihan yang
dimenangkannya melawan ong khan atau togril, seorang kepala suku kereyt. Jengis
adalah gelar bagi temujin yang diberikan kepadanya oleh sidang kepala-kepala
suku mongol yang mengangkatnya sebagai pemimpin tertinggi bangsa itu pada tahun
1206, yang artinya penguasa alam semesta. Perlu diketahui juga bahwa bangsa
mongol adalah bangsa pemberani dan tegar dalam berperang.
Bangsa mongol tidak memeluk salah satu agama samawi dari
ketiga agama samawi. Padahal mereka hidup dan berinteraksi dengan pengikut
agama yahudi, Kristen dan islam. 1 Jengis khan juga menyempurnakan moral
masyarakatnya dengan undang-undang yang dibatnya, yaitu Ilyasa atau Yasaq. 2
Disamping itu juga, jengis khan juga mengatur kehidupan beragama dengan tidak
boleh merugikan antara satu pemeluk agama dengan yang lainnya. Sebagai
konswekwensinya, rakyat mongol harus menghormati rajanya, ia juga mendirikan
pos untuk mengetahui berita tentang kerajaannya, ia melarang penyerbuan
terhadap agama.
2. Perkembangan
bangsa mongol
Bangsa yang dipimpinnya itu meluaskan wilayahnya ke
Tibet (cina barat laut), dan cina, 1213, serta dapat menaklukkan Beijing tahun
1215. ia menundukkan Turkistan tahun 1218 yang berbatasan dengan wilayah islam,
yakni Khawarazam syah. Ivasi gubernur khawarazam membunuh utusan jengis yang
disertai oleh saudagar islam. Perristiwa tersebut menyebabkan mongol menyerbu
wilayah islam, dan dapat menaklukkan transoxania yang merupakan wilayah
khawarazam 1219-1220, padahal sebelumnya mereka hidup berdampingan secara damai
satu sama lain. Kota bukhara di samarkand yang didalamnya terdapat makam imam
bukhari, salah seorang perawi hadis yang termasyur, dihancurkan, balk, dan
kota-kota lain yang memiliki peradaban islam yang tinggi, di asia tengah juga
tidak luput dari penghancuran. Jalaluddin, penguasa khawarazam yang berusaha
meminta bantuan pada khalifah abbasiyah di bagdad, menghindarkan diri dari
serbuan mongol, ia diburu oleh musuhnya hingga ke India 1221, yang akhirnya ia
lari ke barat. Toluy, salah seorang anak jengis, di utus ke khurasan sementara
anaknya yang lain, yaitu jochi dan chaghatay bergerak untuk merebut wilayah
sungai sir darya bawah dan khawarazam.
Wilayah kekuasaan jengis khan yang luas dibagi untuk
empat orang putranya sebelum ia meninggal dunia tahun 624/1227. 3 pertama ialah
jochi, anak yang sulung mendapat wilayah Siberia bagian barat dan stepa qipchaq
yang membentang hingga rusia selatan, didalamnya terdapat khawarazam. Namun ia
meninggal dunia sebelum ayahnya wafat, dan wilayah warisannya itu diberikan
kepada anak jochi yang bernama batu atau orda. Batu mendirikan orde (kelompok)
biru di rusia selatan sebagai dasar berkembangnya orde putih di Siberia barat.
Kedua kelompok itu bergabung dalam abad ke 14 yang kemudian muncul sebagai
khanan yang bermacam ragamnya di rusia, tiumen, bukhara , dan khiva.
Syaibaniyah atau ozbeg, salah satu cabang keturunan jochi berkuasa di khawarazam
dan transoxania dalam abad ke 15 dan 16.
Kedua adalah chaghatay, mendapat wilayah berbentang ke
timur, sejak dari transoxania hingga Turkistan timur atau Turkistan cina.
Cabang barat dari keturunan chagutai yang bermukim di transoxania segera masuk
ke dalam lingkungan pengaruh islam, namun akhirnya dikalahkan oleh kekuasaan
timur lenk. Sedangkan cabang timur dari keturunan chagutai berkembang di
semerechye, ili, t'ien syan di tamrin. Mereka lebih tahan dari pengaruh islam,
tetapi akhirnya mereka ikut membantu menyebarkan islam di wilayah Turkistan
cina dan bertahan disana hingga abad ke XVII. Ketiga bernama agudai, adalah putra jengis
khan yang terpilih oleh dewan pimpinan mongol untuk menggantikan ayahnya
sebagai khan agung yang mempunyai wilayah di pamirs dan tien syan.
Keempat ialah tuli, si bungsu mendapat bagian wilayah
Mongolia sendiri. Anak-anaknya, yakni mongke dan qubulay menggantikan oguday
sebagai khan yang agung. Qobulay menaklukkan cina dan berkuasa disana yang
dikenal sebagi dinasti yuan yang memerintah hingga abad ke-XIV, yang kemudian
digantikan dengan dinasti Ming. Adalah hulako khan, 4 saudara Mongke khan dan
Qobulay khan, yang menyerang wilayah-wilayah islam sampai ke bagdad.
3. Invasi-invasi
mongol
Wilayah kultur arab menjadi jajahan mongol setelah baghdad
ditaklukkan oleh hulako khan, 1258. ia membentuk kerajaan Il Khaniyah yang
berpusat di tabris dan maragha. Ia dipercaya oleh saudaranya, mongke khan untuk
mengembalikan wilayah-wilayah mongol di asia barat yang telah lepas dari kekuasaan
mongol setelah kematian jengis. Ia berangkat dengan disertai pasukan yang besar
untuk manunaikan tugas itu tahun 1253 dari Mongolia . Atas kepercayaan
saudaranya itu hulako khan dapat menguasai wilayah yang luas seperti Persia,
Irak, Caucasus dan asia kecil sebelum menundukkan bagdad, ia telah menguasai
pusat gerakan Syi'ah Isma'iliyah di Persia utara, tahun 1256. jatuhnya ibu kota
abbasiyah yang didirikan oleh khalifah kedua, al-mansyur itu, baerkaitan erat
sekali dengan seseoran yang bernama ibnu al-qami' 5 ia berhasil untuk merayu
pasukan mongol untuk menyerang bagdad. Pada awal tahun 656 H/ 1258 M, hulako
khan mengirimkan pasukan ke bagdad dibawah pimpinan dua amirnya sebagai pasukan
awal sebelum kedatangannya, kemudian pada tanggal 12 muharram pada tahun yang
sama, pasukan yang berkekuatan dua ratus ribu personel dan dipimpin langsung
oleh hulako khan tiba di bagdad. Mereka mengepung bagdad dari dua arah, barat
dan timur, pada akhirnya di adakan perjanjian antara hulako dan mu'tashim
mu'tashim dikawal tujuh ratus dari kalangan hakim dan, fuqoha', orang-orang
sufi dan pejabat Negara. Pada akhirnya mereka semua di bunuh oleh hulako khan
tidak tersisa sama sekali, hal ini atas permintaan ibnu al-qami' dan
nashiruddin at-thutsi. Demikian juga membunuh sebagian besar keluarga khalifah
dan penduduk yang tak bedosa. Akibat pembunuhan dan perusakan kota itu
timbullah wabah penyakit lantaran mayat-mayat yang bergelimpangan belum sempat
di kebumikan. Hulako mengenakan gel ail khan dan menguasai wilayah lebih luas
lagi hingga ke syiria utara seperti kota Aleppo , hama dan harim.
Selanjutnya ia ingin merebut mesir, tetapi malang,
pasukan mamluk rupanya lebih kuat dan lebih cerdik sehingga pasukan mongol
dapat dipukul di ‘Ain jalut, palestina, tahun 1260 sehingga mengurungkan
niatnya melangkahi mesir. Ia sangat tertarik pada bangunan dan arsitektur yang
indah dan filsafat.
Hulako yang memerintah hingga tahun 1265 digantikan
oleh anaknya, abaqa, 1265-1282. ia sangat menaruh perhatian kepada umat Kristen
karena pengaruh janda ayahnya yang beragama Kristen neustorian 6 , yakni Doqus
Khatun. Orang-orang Mongol Il khaniyah ini bersekutu dengan orang-orang salib,
penguasa Kristen eropa, Armenia cilicia untuk melawan mamluk dan
keturunan-keturunan saudaranya sendiri dari dinasti horde keemasan (golden
horde) yang telah bersekutu dengan mamluk, penguasa muslim yang berpusat di
mesir. Dinasti il khaniyyah lama kelamaan renggang hubungannya dengan
saudara-saudaranya di timur, terutama setelah meninggalnya qubulay khan tahun 1294.
Bahkan mereka yang menguasai barat sampai bagdad itu
karena tekanan kultur Persia yang Islam, berbondong-bondong memeluk agama islam
seperti ghazan khan dan keturunannya. Penguasa Il khanniyah terakhir ialah abu
sa'id. Ia berdamai dengan mamluk tahun 1323, yang mengakhiri permusuhan kedua
kekuasaan itu untuk merebut syiria. Perselisihan dalam tubuh Il khaniyah
sendiri menyebabkan terpecahnya kerajaan menjadi dinasti kecil-kecil yang
bersifat local. Mereka hanya dapat dipersatukan kembali pada masa timur lenk
yang berbentuk dinasti timurriyah yang berpusat di samarkand . Sebagian wilayah
Il khaniyyah yang yang berada yang berada di kawasan kebudayaan arab seperti
iraq , Kurdistan dan azebaijan, diwarisi oleh dinasti jalayiriyah. Jalayiriyah
adalah suku mongol yang mengikuti hulako ketika menaklukkan negeri-negeri
islam. Dinasti ini didirikan oleh hasan kuchuk (kecil) dari dinasti chupaniya,
musuh bebuyutannya yang memerintah sebagai gubernur di Anatolia di bawah sultan
abu sa'id, penguasa terakhir dinasti Il khaniyah, dan memusatkan kekuatannya di
bagdad. Dimasa Uways, pengganti hasan agung, jalaliriyyah baru memiliki
kedaulatan secara penuh. Ia dapat menundukkan azerbaizan, namun mendapat
perlawanan dari dinasti muzaffariyah din Khan-Khan horde keemasan. Mereka
akhirnya dikalahkan oleh Qara Qoyunlu.
Dari sini dapat dilihat, bahwa kultur Islam yang ada
dikawasan budaya arab seperti iraq dan syiria serta sebagian Persia sebelah
barat, walaupun secara politis dapat ditaklukkan oleh mongol, tetapi akhirnya
mongol sendiri terserap kedalam budaya islam. Dapatkah kiranya disimpulkan
bahwa akar budaya islam dikawasan budaya arab di pemerintahan bukan hanya
dynasti berbangsa arab saja tetapi siapa yang kuat akan memerintah wilayah
tersebut. Dinasti-dinasti silih berganti menguasai wilayah itu dan yang
langgeng ialah kekuasaan dari bangsa arab sendiri, baik pada masa klasik maupun
masa modern ini.
4. Dampak
kekuasaan Mongol
Apa dampak positive maupun negative
kekuasaan mongol terhadap wilayah islam yang ditundukkannya Dampak negative tentu lebih
banyak dibandingkan dampak positifnya. Kehancuran tampak jelas dimana-mana dari
serangan mongol sejak dari wilayah timur hingga kebarat. Kehancuran kota-kota
dengan bangunan yang indah-indah dan perpustakaan-perpustakaan yang mengoleksi
banyak buku memperburuk situasi ummat islam. Pembunuhan terhadap umat islam
terjadi, bukan hanya pada masa hulako saja yang membunuh khalifah Abbasiyah dan
keluarganya, tetapi pembunuhan dilakukan juga terhadap umat islam yang tidak
berdosa. Seperti yang dilakukan oleh argun Khan ke 4 pada masa dinasti Il
khaniyah terhadap Takudar sbagai Khan ketiga yang dihukum bunuh karena masuk
islam, Argun Syamsuddin, seorang administrator dari keluarga juwaini yang
tersohor di hokum mati tahun 1284, Syamsuddin penggantinya juga dibunuh tahun
1289, dan Sa'id ad-Daulah yang orang Yahudi itu dihukum mati pula pada tahun
1289.
Bangsa mongol yang asal mulanya
memeluk agama nenek moyang mereka, lalu beralih memeluk agama Buddha, rupanya
bersimpati kepada orang-orang Kristen yang bangkit kembali pada masa itu dan
menghalang-halangi Dakwah islam di kalangan mongol, yang lebih fatal lagi
adalah hancurnya baghdad sebagai pusat dinasti abbasiyah yang di dalamnya
terdapat berbagai macam tempat belajar dengan fasilitas perpustakaan, hilang
lenyap dibakar oleh hulako. Suatu kerugian besar bagi khazanah ilmu pengetahuan
yang dampaknya masih dirasakan hingga kini.
Ada pula dampak positif dengan
berkuasanya dinasti mongol ini setelah para pemimpinnya memeluk agama islam.
Mengapa dapat menerima dan masuk agama islam Antara lain adalah disebabkan
karena mereka berasimilasi dan bergaul dengan masyarakat Muslim dalam jangka
panjang, seperti yang dilakukan gazhar khan (1295-1304) yang menjadikan Islam
sebagai agama resmi kerajaan, walaupun ia pada mulanya beagama Buddha. Rupanya
ia telah mempelajari ajaran agama-agama sebelum menetapkan keislamannya, dan
yang lebih mendorongnya masuk islam adalah karena pengaruh seorang menterinya,
Rasyiddin yang terpelajar dan ahli sejarah yang terkemuka yang selalu berdialog
dengannya, dan Nawruz, seorang Gubernurnya untuk berapa provinsi syiria. Ia
menyuruh kaum Kristen dan yahudi untuk membayar jizrah, dan memerintahkan
mencetak uang yang bercirikan islam, melarang riba', dan menyuruuh para
pemimpinnya menggunakan sorban. Ia gemar pada seni dan ilmu pengetahuan,
menguasai beberapa bahasa seperti Mongol, Arab , Persia , Cina , Tibet dan
Latin. Ia mati muda ketika berumur 32 tahun, karena tekanan batin yang berat
sehingga ia sakit yang menyebabkan kematiannya itu ketika pasukannya kalah di
syiria dan munculnya sebuah komplotan yang berusaha untuk menggusurnya dari
kekuasaannya.
Sepeninggal gazan digantikan oleh
uljaitu khuda banda (1305-1316) yang memberlakukan aliran syi'ah sebagai kaum
resmi kerajaannya. Ia mendirikan ibu kota baru yang bernama sultaniyyah dekat
Qazwain yang dibangun dengan arsitektur khas Il Khaniyyah. Banyak koloni dagang
Italia terdapat di Tabriz , dan Il Khaniyyah menjadi pusat pedagangan yang
menghubungkan antara dunia Barat dan India serta timur jauh. Namun perselisihan
dalam keluarga dinasti Il Khaniyyah menyebbkan runtuhnya kekuasaan mereka.
BAB III
KESIMPULAN
Sejarah kemanusiaan dimasa lalau maupun dimasa
sekarang ataupun lebih meluas, tidak akan pernah lepas dari perang, ini
hanyalah cara pandang orang-orang dalam memahami peperangan tersebut. Termasuk
adalah perang salib ataupun serangan-serangan bangsa Mongol yang pernah terjadi
dimasa lampau.
Semuanya memang meninggalkan bekas-bekas kebencian atau
juga lebih mengarah tentang sebuah proses menemukan sisi kemanusiaan kembali
dari peperangan tersebut, namun ada suatu hal yang bisa diambil bahwa ada suatu
kehilangan yang mendalam akibat peristiwa tersebut, yaitu keilmuan dan
kemanusiaan, maka seharusnya kita menggali kembali tentang peristiwa tersebut
agar mempunyai cara pandang yang objektif.
Termasuk peperangan salib, dalam banyak hal masyarakat
barat banyak yang antipati terhadap masyarakat Islam, karena berita tentang
peperangan salib sendiri umat Islam sering menjadi suatu bahan pelecehaan,
untuk itulah operlu adanya suatu kajian yang lebih komperehensif dan juga
pemahaman yang lebih baik terkait perang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
v
Badri, Yatim. 1993. Sejarah
Peradaban Islam
Jakarta: Rajawali Pers
v
Hamka. 1981. Sejarah
Umat Islam
Jakarta: Bulan Bintang
v
Nourouzzaman, Shidiqi.
1983. Pengantar Sejarah Muslim
Yogyakarta: Nurcahya
0 Response to " PERANG SALIB DAN INVASI MONGOL"
Post a Comment