MANAGEMEN DALAM KEWIRAUSAHAAN
BAB I
LANDASAN TEORI
A. Kewirausahaan
Sosok kewirausahaan yang ideal
dituntut mempunyai nilai-nilai kearah kualitas manusia yang semapan mungkin,
dalam artian sangat memperhatikan struktur prioritas kewirausahaan yang terdiri
dari empat lapisan yaitu
1. Sikap Mental
Sikap mental merupakan elemen paling
dasar yang perlu dijamin untuk selalu dalam keadaan baik. Unsur ini yang
menentukan apakah orang menjadi sosok yang tinggi budi ataukah sebaliknya
menjadi orang yang jahat dan culas. Orang baik budi merupakan kader pembangunan
bangsa, sedangkan orang jahat akan menjadi beban masyarakat dari bangsa itu
sendiri.
Tentu kita tidak ingin melihat bahwa
banyak kejahatan dan keculasan merajalela di negeri ini. Itu sebabnya pembinaan
sikap mental menjadi unsur penting dalam dunia kewirausahaan sekaligus dalam
kehidupan. Selain menghadirkan sifat-sifat baik alamiah seperti kejujuran dan
ketulusan, sikap mental mencakup juga segi-segi positif dalam motivasi dan
proaktivitas. Saran-saran berikut akan membantu wirausahawan untuk
mengembangkan sikap mental yang baik :
- Para wirausaha adalah orang-orang yang mengetahui
bagaimana menemukan kepuasan dalam pekerjaan dan bangga akan prestasinya.
Tunjukan sikap mental yang positif terhadap pekerjaan wirausahawan, karena
sikap inilah yang akan ikut menentukan keberhasilan wirausahawan.
- Otak wirausahawan merupakan alat yang berdaya
luar biasa. Menyediakan waktu beberapa saat setiap hari untuk renungan
pikiran wirausahawan yang akan memungkinkan wirausahawan terarah pada
kegiatan-kegiatan yang berarti.
- Kebanyakan orang membatasi pikiran-pikirannya
pada problem-problem dan kegiatan-kegiatan sehari-hari. Gunakanlah
imajinasi wirausahawan untuk meluaskan pikiran-pikiran wirausahawan dan
cobalah berpikir yang besar-besar. Orang-orang yang dapat melihat gambaran
besar adalah orang yang bersifat wirausaha dan merupakan calon-calon
pemimpin bisnis maupun masyarakat.
- Rasa humor ikut mengembangkan sikap mental yang
sehat. Terlalu serius dapat merugikan pekerjaan wirausahawan dan tidak
sehat. Menunjukan rasa humor berpengaruh terhadap orang lain dengan jalan
menyebarkan optimisme dan suasana yang santai.
Pikiran
wirausahawan haruslah terorganisasi dengan baik sekali dan mampu memfokuskan
pada pelbagai problem. Wirausahawan haruslah mampu memindahkan perhatian
wirausahawan dari satu problem ke problem lain dengan upaya yang minim.
2. Kepemimpinan.
2. Kepemimpinan.
Suatu pedoman bagi kepemimpinan yang baik adalah
“perlakukanlah orang-orang lain sebagaimana wirausahawan ingin diperlakukan”.
Berusaha membangkitkan suatu keadaan dari sudut pandangan orang lain akan ikut
mengembangkan sebuah sikap tepo seliro.
Pengusaha yang berpeluang untuk maju secara mantap
adalah yang memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat menonjol. Ciri-ciri mereka
biasanya sangat menonjol, dan sangat khas. Dimana keputusan dan sepak
terjangnya sering dianggap tidak lazim dan lain dari pada umumnya pengusaha.
Mereka “tampil beda”.
Salah satu contoh : adalah Kim Woo Chong, seorang
Wirausahawan terkemuka di Korea, pendiri kelompok Daewoo. Kim tidak pernah terpengaruh
oleh sepak terjang pengusaha-pengusaha lain dan ikut-ikutan mengejar trend
bisnis yang ramai-ramai dilakukan orang.
Pada saat para pengusaha lain berlomba-lomba mencari
pasar di Amerika dan Eropa, ia secara mengejutkan justru menerobos negara-negara
tirai besi, seperti Rusia dan sekutu-sekutunya. Lebih mencengangkan lagi ia
juga merangkul negara-negara yang sejauh ini sangat ditakuti dan diharamkan
oleh negara-negara penganut kapitalisme seperti Libia dan Iran. Akan tetapi
kenyataan membuktikan bahwa Kim benar. Dengan keputusannya itu ia, dan Daewoo
berkembang menjadi salah satu konglomerat terbesar di Asia serta diperhitungkan
dimana-mana termasuk Amerika dan Eropa.
a. Perilaku
Pemimpin
Perilaku
pemimpin menyangkut dua bidang utama :
- Berorientasi pada tugas yang menetapkan sasaran,
merencanakan dan mencapai sasaran.
- Berorientasi pada orang, yang memotivasi dan
membina hubungan manusiawi.
Orientasi Tugas Seorang pemimpin dengan orientasi
demikian cenderung menunjukan perilaku :
- Merumuskan secara jelas peranannya sendiri maupun
peranan stafnya.
- Menentukan tujuan-tujuan yang sukar tapi dapat
dicapai.
- Melaksanakan kepemimpinan secara aktif dalam
merencanakan, mengarahkan, membimbing dan mengendalikan kegiatan-kegiatan
yang berorientasi pada tujuan.
- Berminat mencapai peningkatkan produktivitas.
Orientasi Orang
Orang-orang yang kuat dalam orientasi orang cenderung akan menunjukan perilaku sebagai berikut :
- Menunjukan perhatian atas terpeliharanya
keharmonisan dalam organisasi dan menghilangkan ketegangan, jika timbul.
- Menunjukan perhatian pada orang sebagai manusia
dan bukan sebagai alat produksi saja.
- Menunjukan pengertian dan rasa hormat pada
kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan dan keinginan-keinginan, perasaan dan
ide-ide karyawan.
- Mendirikan komunikasi timbal balik dengan staf.
- Menerapkan prinsip penekanan ulang untuk
meningkatkan prestasi karyawan.
- Mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab,
serta mendorong inisiatif.
- Menciptakan suatu suasana kerjasama dan gugus
kerja dalam organisasi.
b. Tindakan Kepemimpinan
Saran-saran berikut akan dapat membantu wirausahawan
meningkatkan kemampuan kepemimpinan wirausahawan :
- Sekali wirausahawan telah mengambil keputusan,
ambil tindakan secepat mungkin
- Upaya-upaya wirausahawan dapat dilipat gandakan
melalui bakat dan kemampuan staf wirausahawan. Untuk menjadi seorang
pemimpin yang baik, wirausahawan harus mengetahui bagaimana dan kapan
menggunakan kemampuan ini dari orang-orang yang mampu disekitar
wirausahawan dan menyokong serta percaya pada wirausahawan sebagai pemimpin.
- Wirausahawan akan memperoleh kepercayaan pada
kemampuan kepemimpinan wirausahawan, jika wirausahawan memusatkan
perhatian pada upaya meningkatkan kekuatan-kekuatan wirausahawan. Jauhilah
situasi dimana kelemahan-kelemahan wirausahawan akan tampak.
- Seorang pemimpin yang baik bersedia mengakui
kesalahan-kesalahan dan mengubah rencana-rencana. Wirausahawan haruslah
sadar bahwa keadaan selalu berubah dan penyesuaian-penyesuaian haruslah
dibuat sewaktu-waktu.
3. Tata Laksana
Tata laksana merupakan terjemahan
dari kata Management artinya pengelolaan. Yang perlu dimengerti disini adalah
manajemen bukan semata-mata konsumsi para manajer saja. Setiap orang perlu
manajemen apapun status dan jabatan orang tersebut. Bahkan ibu rumah tanggapun
perlu manajemen untuk mengelola uang dapur dan belanjaannya. Tata laksana
merupakan metode atau serangkaian cara dan prosedur. Gunanya jelas, yaitu untuk
menghasilkan efektifitas dan efisiensi setiap pekerjaan, agar mendapatkan hasil
yang baik dalam mutu serta tepat waktu dalam penyerahannya.
Berbeda dengan sikap mental dan
kepemimpinan yang termasuk dalam klasifikasi nilai atau kualitas, maka
manajemen merupakan pengetahuan yang bersifat praktis. Kalau sikap mental dan
kepemimpinan berada di dalam jiwa, manajemen berada diluar mirip ketrampilan
teknis.
Manajemen mempunyai arti yang amat
luas. Kegunaannya juga sangat universal dan semua orang atau organisasi
memerlukan manajemen. Banyak sekali kasus yang membuktikan bahwa bila manajemen
terabaikan, maka sebuah organisasi akan menjadi kacau dan morat marit.
Perusahaan tanpa manajemen yang baik, bisa dipastikan akan mengalami hambatan
besar dalam perkembangannya. Oleh sebab itu, setiap orang yang ingin memulai
usaha harus mewaspadai aspek tata laksana sedini mungkin. Mulailah kegiatan
manajemen seketika pada saat perusahaan baru saja dimulai, sekecil apapun
ukurannya.
4. Ketrampilan
4. Ketrampilan
Lapisan terluar dari struktur
prioritas keWirausahaan adalah ketrampilan. Banyak pihak berpendapat, bahwa
dengan berbekal penguasaan ketrampilan, seseorang akan bisa diharapkan menjadi
seorang entrepreneur yang berhasil. Pendapat ini sebenarnya tidaklah terlalu
salah, kalau dilihat banyak contoh yang membuktikan, misalnya seorang penjahit
dengan ketrampilan yang dimiliki akhirnya bisa memiliki sebuah perusahaan
pakaian jadi yang cukup besar.
Namun demikian, kalau wirausahawan
mau meneliti lebih jauh, ternyata keberhasilan-keberhasilan itu sebenarnya
bukan disebabkan oleh ketrampilan semata, melainkan lebih oleh jiwa
kepemimpinan yang dimiliki si pengusaha. Leadership yang bersangkutan yang
menuntun dan membawanya ke jenjang sukses.
Ada tiga hal yang memungkinkan
seseorang, baik trampil maupun tidak untuk bisa tampil sebagai tokoh yang
sukses, atau orang yang berkecukupan yaitu :
- Memanfaatkan ledership yang berasal dari diri
sendiri.
- Memanfaatkan ledership orang lain.
- Faktor keberuntungan ( luck atau hoki )
B. Karakteristik Wirausahawan.
Sejarah kewirausahaan menunjukkan bahwa Wirausahawan
mempunyai karakteristik umum serta berasal dari kelas yang sama. Para pemula
revolusi industri Inggris berasal dari kelas menengah dan menengah bawah. Dalam
sejarah Amerika pada akhir abad ke sembilan belas, Heillbroner
mengemukakan bahwa rata-rata Wirausahawan adalah anak dari orang tua yang
mempunyai kondisi keuangan
yang memadai, tidak miskin dan tidak kaya. Schumpeter menulis bahwa
Wirausahawan tidak membentuk suatu kelas sosial tetapi berada dari semua kelas.
Menurut Mc Clelland, karakteristik Wirausahawan adalah
sebagai berikut :
1. Keinginan untuk berprestasi.
1. Keinginan untuk berprestasi.
Penggerak psikologis utama yang memotivasi Wirausahawan
adalah kebutuhan untuk berprestasi, yang biasanya diidentifikasikan sebagai
kebutuhan. Kebutuhan ini didefinisikan sebagai keinginan atau dorongan dalam
diri orang yang memotivasi perilaku ke arah pencapaian tujuan. Pencapaian
tujuan merupakan tantangan bagi kompetisi individu.
2. Keinginan untuk bertanggung jawab.
2. Keinginan untuk bertanggung jawab.
Wirausahawan menginginkan tanggung jawab pribadi bagi
pencapaian tujuan. Mereka memilih menggunakan sumber daya sendiri dengan cara
bekerja sendiri untuk mencapai tujuan dan bertanggung jawab sendiri terhadap
hasil yang dicapai. Akan tetapi mereka akan melakukannya secara berkelompok
sepanjang mereka bisa secara pribadi mempengaruhi hasil-hasil.
3.
Preferensi kepada resiko-resiko menengah.
Wirausahawan bukanlah penjudi. Mereka memilih menetapkan
tujuan-tujuan yang membutuhkan tingkat kinerja yang tinggi, suatu tingkatan
yang mereka percaya akan menuntut usaha keras tetapi yang dipercaya bisa mereka
penuhi.
4. Persepsi
pada kemungkinan berhasil.
Keyakinan pada kemampuan untuk mencapai keberhasilan
adalah kwalitas kepribadian Wirausahawan yang penting. Mereka mempelajari
fakta-fakta yang dikumpulkan dan menilainya. Ketika semua fakta tidak
sepenuhnya tersedia, mereka berpaling pada sikap percaya diri mereka yang
tinggi dan melanjutkan tugas-tugas tersebut.
5.
Rangsangan oleh umpan balik.
Wirausahawan ingin mengetahui bagaimana hal yang
mereka kerjakan, apakah umpan baliknya baik atau buruk. Mereka dirangsang untuk
mencapai hasil kerja yang lebih tinggi dengan mempelajari seberapa efektif
usaha mereka.
6. Aktifitas
enerjik.
Wirausahawan menunjukan enerji yang jauh lebih tinggi
dibandingkan rata-rata orang. Mereka bersifat aktif dan mobil dan mempunyai
proporsi waktu yang besar dalam mengerjakan tugas dengan cara baru. Mereka
sangat menyadari perjalanan waktu. Kesadaran ini merangsang mereka untuk
terlibat secara mendalam pada kerja yang mereka lakukan.
7. Orientasi
ke masa depan.
Wirausahawan melakukan perencanaan dan berpikir ke
depan. Mereka mencari dan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi jauh di masa
depan.
8.
Ketrampilan dalam pengorganisasian.
Wirausahawan menunjukkan ketrampilan dalam organisasi
kerja dan orang-orang dalam mencapai tujuan. Mereka sangat obyektif dalam
memilih individu-individu untuk tugas tertentu. Mereka akan memilih yang ahli
bukan teman agar pekerjaan bisa dilakukan dengan efisien
9. Sikap
terhadap uang.
Keuntungan finansial adalah nomor dua dibandingkan
arti penting dari prestasi kerja mereka. Mereka hanya memandang uang sebagai
lambang kongkret dari tercapainya tujuan dan sebagai pembuktian dari kompetensi
mereka.
C. Potensi Kewirausahaan.
Karakteristik Wirausahawan sukses dengan semangat
tinggi akan memberikan pedoman bagi analisa diri sendiri.
1. Kemampuan
inovatif.
Inovasi memerlukan pencarian kesempatan baru. Hal tersebut
berarti perbaikan barang dan jasa yang ada, menciptakan barang dan jasa baru,
atau mengkombinasikan unsur-unsur produksi yang ada dengan cara baru dan lebih
baik.
2. Toleransi
terhadap kemenduaan (ambiguity).
Ini berarti kemampuan untuk berhubungan dengan hal
yang tidak terstruktur dan tidak bisa diprediksi. Karakteristik ini berkaitan
erat dengan proses inovatif.
3. Keinginan
untuk berprestasi adalah tanda-tanda penting dari dorongan keWirausahaan.
Hal ini menandai para pemiliknya sebagai orang yang
tidak mengenal menyerah di dalam mencapai tujuan yang telah mereka tetapkan
sendiri.
4. Kemampuan
perencanaan realistis.
Menetapkan tujuan yang menantang dan bisa diterapkan
adalah tanda dari perencanaan realistis. Tujuan ditetapkan sesuai dengan tujuan
dari Wirausahawan.
5. Kepemimpinan
terorientasi pada tujuan.
Wirausahawan membutuhkan aktivitas yang mempunyai
tujuan. Semangat yang tinggi memotivasi mereka untuk mengarahkan tenaga mereka
dan rekan kerja serta bawahan mereka ke arah tujuan yang ditetapkan.
6.
Obyektivitas.
Wirausahawan obyektif di dalam mengarahkan pemikiran
dan aktivitas keWirausahaannya dengan cara pragmatis. Wirausahawan mengumpulkan
fakta-fakta yang ada, mempelajarinya dan menentukan arah tindakan dengan
cara-cara praktis.
7. Tanggung
jawab pribadi.
Wirausahawan memikul tanggung jawab pribadi, mereka
menetapkan tujuan sendiri dan memutuskan bagaimana cara mencapai tujuan
tersebut dengan kemampuan mereka sendiri.
8. Kemampuan
beradaptasi.
Para Wirausahawan mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi
dengan perubahan lingkungan. Ketika Wirausahawan terhambat oleh kondisi yang
berbeda dari apa yang mereka harapkan, mereka tidak menyerah, namun melihat
situasi secara obyektif.
9. Kemampuan
sebagai pengorganisasi dan administrator.
Wirausahawan mempunyai kemampuan mengorganisasi dan
administasi di dalam mengidentifikasi dan mengelompokkan orang-orang berbakat
untuk mencapai tujuan. Mereka menghargai kompetensi dan akan memilih para
spesialis untuk mengerjakan tugas dengan efisien.
BAB III
ANALISA
MANAJEMEN
KEWIRAUSAHAAN
1. Kondisi
Nyata Usaha Kecil dan Menengah saat ini
Selama krisis ekonomi yang berawal pada pertengahan
tahun 1997, sektor agribisnis termasuk didalamnya bisnis kecil secara nyata
telah mampu menjadi stabilizer perekonomian di Indonesia. Hal ini terbukti
masih tetapnya usaha-usaha agribisnis berproduksi, terutama usaha menengah dan
usaha kecil. Meskipun demikian, pengembangan usaha kecil juga mengalami
berbagai permasalahan seperti : [1] kesulitan mendapatkan modal yang cukup, [2]
kekurangan pengetahan di bidang agribisnis, [3] kelemahan dalam pengelolaan
atau manajemen usaha, [4] kekurangan dalam perencanaan usaha, [5] kekurangan
dalam pengalaman berusaha, [6] kekurangan pengetahuaan dan ketrampilan teknis
bidang usaha yang dilakukan. Dengan kata lain, titik berat persoalan usaha
kecil adalah sedikitnya pengusaha kecil yang memiliki jiwa wirausaha. (Noer:
2001)
Kewirausahaan adalah jiwa, sehingga kurang tepat jika
dikatakan pengembangan kewirausahaan agribisnis dan usaha kecil. Kewirausahaan
adalah kemampuan dalam melihat atau menilai kesempatan di peluang bisnis serta
kemampuan mengoptimalkan sumberdaya dan mengambil tindakan yang beresiko
tinggi. Mungkin lebih tepat apabila dikatakan pengembangan agribisnis usaha
kecil. (Noer: 2001)
Selama ini prospek bisnis ke depan, yang berkaitan
dengan kontrak/transaksi, cenderung memerlukan kemitraan dalam kaitannya antara
perusahaan besar dengan perusahaan kecil. Kemitraan ini tidak hanya di
budidaya, tetapi juga di bagian pembibitan dan pengolahan. Kegiatan hulu sampai
dengan kegiatan hilir ini dapat saling dimanfaatkan. (Noer: 2001)
Bagi agribisnis baik petani, maupun pengusaha kecil
dalam menjalankan usahanya, mempunyai karakteristik, berupa harga dan pasar
hasil petani tidak dapat dipengaruhi oleh produser secara sendiri-sendiri tapi
harus dihadapi oleh agribisnis secara keseluruhan. Untuk mendpatkan kesepakatan
bersama ini tidak mudah tapi kelompok sekaligus bisa mempengaruhi harga dan
pasar, sehingga semua produser baik yang masuk kelompok atau tidak akan
merasakan hasilnya. Kemudian akan banyak para produser untuk menanamkan
produknya lebih luas dan produser yang tadinya tidak menanam produk tersebut
akan tertarik pula untuk menanam produk yang sama, sehingga pada akhirnya
persediaan produk berlebih serta harga dan pasar akan turun.
2 Peluang
Usaha Kecil yang sedang dikembangkan.
Untuk mendayagunakan keunggulan Indonesia sebagai
negara agraris dan maritim serta menghadapi tantangan kedepan seperti otonomi
daerah, liberalisasi perdagangan, perubahan pasar internasional lainnya.
Pemerintah sedang mempromosikan pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang
berdaya saing (Competiveness), berkerakyaratan (People-Driven), berkelanjutan
(Sustainable) dan terdesentralistis (Decentralized).
Pembangunan pertanian dalam kerangka system agribisnis
merupakan suatu rangkaian dan keterkaitan dari : (1) Sub agribisnis hulu
(upstream agribusiness) yaitu seluruh kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana
produksi bagi pertanian primer (usahatani); (2) Sub agribisnis usahatani
(on-farm agribusiness) atau pertanian primer, yaitu kegiatan yang menggunakan
sara produksi dan sub agribisnis hulu untuk menghasilkan komoditas pertanian
primer. Sub ini di Indonesia disebut pertanian; (3) Sub agribisnis hilir
(down-stream agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah komoditas
pertanian primer menjadi produk olahan baik bentuk produk antara (intermediate
product) maupun bentuk produk akhir (finished product); dan (4) Sub jasa
penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa bagi ketiga sub agribisnis di
atas.
Sedangkan Strategi Sistem Agribisnis diatas harus
bersinergi kedalam 4 sub-sistem yang terjabarkan sebagai berikut: Keterkaitan 4
sub Sistem dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Upstream Agribusiness
1. Upstream Agribusiness
Sub sistem agribisnis hulu berupa pengembangan
industri yang menghasilkan barang modal bagi pertanian, yaitu industri
pembenihan atau pembibitan, tanaman, ternak ikan industri agro kimia
(Agro-otomotif) seperti pupuk, pestisida, obat, vaksin ternak/ikan, sindustri alat
dan mesin pertanian.
2. Onfarm
agribusiness
Sub sistem pertanian primer berupa pengembangan
kegiatan budidaya yang menghasilkan komoditi pertanian primer (usaha tani
tanaman pangan, usahatani hortikultura, usahatani tanaman obat-obatan) usaha
perkebunan, usaha peternakan, usaha perikanan, dan usaha kehutanan.
3.
Downstream agribusiness
Sub sistem Agribisnis Hilir berupa pengembangan
industri-industri yang mengolah komoditi pertanian primer menjadi olahan
seperti makanan dan minuman, industri pakan ternak, industri barang-barang
serat alam, industri farmasi, industri bio-energi dan lain-lain.
4. Services
for Agribusiness
Sub Sistem penyedia jasa Agribisnis berupa fasilitas
Perkreditan, transportasi, pergudangan, Litbang, Pendidikan SDM dan kebijakan
ekonomi.
Dalam artian, peluang akan membuka usaha kecil dan
menengah terbuka pada 4 subsistem agribisnis, yang menjadi kendala saat ini,
adakah jiwa-jiwa kewirausahaan dan kepemimpinan untuk segera mempergunakan
peluang tersebut.
Hasil penelitian yang telah dilakukan beberapa
peneliti menunjukkan bahwa integrasi dan link-antar sub sistem usaha agribisnis
belum tersinkron dengan baik, dimana setiap subsistem masih berjalan dengan
sendiri-sendiri bahkan cenderung mengakibatkan kerugian yang sebenarnya justru
harus mendatangkan dampak positip dari keberadaannya. Usaha-usaha pada sistem
agribisnis tersebut masih berskala kecil dengan sumberdaya manusia seadanya,
teknologi yang terbatas dan tidak ada kepastian harga dan proteksi akan
kelangsungan usahanya.
3. Kondisi
Kepemimpinan Usaha Kecil
a. Mencari
Pemimpin Yang Baik.
Usaha mencari perpaduan terbaik untuk menjadi seorang
pemimpin yang sukses tidaklah mudah. Dan, usaha untuk bisa menemukan nilai,
gaya dan aktivitas atau apa pun yang relevan untuk disebut sebagai pemimpin
yang sukses merupakan proses yang panjang. Ada pemimpin yang sukses karena
mampu bertindak sebagai seorang pengarah tugas, pendorong yang kuat, dan
berorientasi pada hasil sehingga mendapatkan nilai kepemimpinan yang tinggi.
Ada pemimpin yang sukses karena mampu memberi wewenang kepada para pegawainya
untuk membuat keputusan dan bebas memberikan saran, mampu menciptakan jenis
budaya kerja yang mendorong serta menunjang pertumbuhan. Pendeknya, untuk
menjadi pemimpin yang sukses haruslah memiliki dorongan yang kuat dan
integritas yang tinggi.
Kepemimpinan adalah sebuah proses yang melibatkan
seseorang untuk mempengaruhi orang lain dengan memberi kekuatan motivasi,
sehingga orang tersebut dengan penuh semangat berupaya menuju sasaran. Ahli
manajemen, Peter F Drucker secara khas memandang kepemimpinan adalah kerja.
Seorang pemimpin adalah mereka yang memimpin dengan mengerjakan pekerjaan
mereka setiap hari. Pemimpin terlahir tidak hanya dalam hirarki managerial,
tetapi juga dapat terlahir dalam kelompok kerja non formal.
b. Kondisi
Kepemimpinan Bisnis Kecil saat ini
Kepemimpinan sebenarnya sangat bersangkut erat
terhadap karakter seseorang, jika seseorang berbudi halus maka ia cenderung
memimpin dengan gaya dan type yang halus pula. Melihat kondisi kebanyakan bisnis
kecil yang ada di Indonesia, Pemimpin: Manajer, Direktur biasanya juga pemilik
itu sendiri, bagian-bagian vital perusahaan cenderung dijabat oleh anggota
keluarga dekat, sehingga kekuasan pemimpin pada bisnis kecil tak terbatas.
Disamping itu pengetahuan akan teori-teori kepemimpinan juga terbatas sehingga
kebanyakan pemimpin bisnis kecil memimpin dengan gaya tradisional, misalnya
pemimpin bisnis kecil di Bali akan cenderung memimpin dengan gaya serta type
dengan kaidah-kaidah atau norma-norma ke-baliannya. Begitu juga, jika ada
pemimpin bisnis kecil dari suku Tionghoa akan cenderung juga menerapkan gaya
dan type kepemimpinan ala cines, atau kalau kita bandingkan dengan teori
kepemimpin lebih dekat kepada gaya Paternalistik kekeluargaan.
Masalah-masalah SDM pada perusahaannya belum begitu
nampak besar dan serius karena skala usahanya masih kecil, unsur kekeluargaan
masih bisa dijalankan dengan baik, hal ini juga sebenarnya menjadi faktor
penghambat kenapa bisnis kecil tetap kecil. Alasan pertama adalah gaya dan type
kepemimpinan yang masih tradisional, paternalistik, lebih-lebih masih saja ada
yang feodal, seperti di Jawa misalnya.
c. Penerapan
Teori Kebutuhan Maslow Dalam Bisnis Kecil
Penerapan Teori Kebutuhan Maslow dalam menumbuhkan
dukungan yang kuat para anggota perusahaan yang bersaing dalam: inovasi” dan
“peningkatan kualitas” sehingga terjadi peningkatan kinerja dan keuntungan
perusahaan. Motivasi merupakan proses interaksi antara kebutuhan (need),
dorongan (drive), dan tujuan (goals)
Mengapa dua produk yang sama, dijual oleh dua
perusahaan yang berbeda, memberikan hasil yang berbeda ? Suatu perusahaan
membuat produk yang dapat dijual, bukan menjual produk yang dapat dibuat,
karena itu perusahaan perlu mengenali pelanggan dan mengidentifikasi kebutuhannya.
Dengan demikian perusahaan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Salah satu
kegagalan dari produk baru, biasanya adalah karena mereka salah mengenali
kebutuhan konsumen. Perusahaan mengharapkan konsumennya menjadi pelanggan,
sehingga ada kontinuitas pembelian.
Dalam pemenuhan kebutuhan konsumen, wirausahawan tidak
dapat menciptakan suatu produk untuk memenuhi semua kebutuhan. Diversifikasi
produk perlu dilakukan untuk melayani semua kebutuhan. Berbagai usaha dilakukan
perusahaan untuk membuat pelanggannya merasa istimewa. Selain untuk
meningkatkan penjualan juga untuk membangun loyalitas pelanggan. Perusahaan
harus memiliki tujuan yang jelas, sehingga mereka yang menjalankan organisasi
tahu apa yang ingin dicapai dan dapat melakukan perencanaan dan implementasinya.
Kunci dari keberhasilan Perusahaan untuk mencapai
tujuan yaitu membangun loyalitas pelanggan dalam arti luas dapat dijabarkan
bahwa: pelanggan bukan semata-mata hanya orang yang membutuhkan produk yang
dihasilkan oleh perusahaan tetapi jauh lebih luas, dalam Total Quality
Management dijelaskan yang termasuk pelanggan adalah: Konsumen, Pekerja, dan
pemilik. Kelemahan mendasar pada bisnis kecil adalah mengabaikan arti dan makna
motivasi ini, pemilik biasanya hanya memperhatikan pada tingkat kebutuhan
dasar, belum lagi, pemerintah telah mematok upah minimum regional misalnya,
justru ini akan menjadi acuan untuk menggaji karyawannya sebatas atau sebesar
UMR itu sendiri. Pada akhirnya banyak bisnis kecil yang tidak bertahan lama
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kondisi Nyata Usaha Kecil dan
Menengah saat ini Selama krisis ekonomi yang berawal pada pertengahan tahun
1997, sektor agribisnis termasuk didalamnya bisnis kecil secara nyata telah
mampu menjadi stabilizer perekonomian di Indonesia. Hal ini terbukti masih
tetapnya usaha-usaha agribisnis berproduksi, terutama usaha menengah dan usaha
kecil.
Peluang Usaha Kecil yang sedang
dikembangkan Pembangunan pertanian dalam kerangka system agribisnis merupakan
suatu rangkaian dan keterkaitan dari : (1) Sub agribisnis hulu (upstream
agribusiness) yaitu seluruh kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi
bagi pertanian primer (usahatani); (2) Sub agribisnis usahatani (on-farm
agribusiness) atau pertanian primer, yaitu kegiatan yang menggunakan sara produksi
dan sub agribisnis hulu untuk menghasilkan komoditas pertanian primer. Sub ini
di Indonesia disebut pertanian; (3) Sub agribisnis hilir (down-stream
agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah komoditas pertanian primer
menjadi produk olahan baik bentuk produk antara (intermediate product) maupun
bentuk produk akhir (finished product); dan (4) Sub jasa penunjang yaitu
kegiatan yang menyediakan jasa bagi ketiga sub agribisnis di atas. Ini semua
merupakan peluang yang dapat kita manfaatkan sebagai peluang untuk menjadi
wirausahawan.
Kondisi Kepemimpinan Bisnis Kecil
saat ini Kondisi kebanyakan bisnis kecil yang ada di Indonesia, Pemimpin:
Manajer, Direktur biasanya juga pemilik itu sendiri, bagian-bagian vital
perusahaan cenderung dijabat oleh anggota keluarga dekat, sehingga kekuasan
pemimpin pada bisnis kecil tak terbatas
Penerapan Teori Motivasi dalam
Bisnis Kecil Kelemahan mendasar pada bisnis kecil adalah mengabaikan arti dan
makna motivasi ini, pemilik biasanya hanya memperhatikan pada tingkat kebutuhan
dasar, belum lagi, pemerintah telah mematok upah minimum regional misalnya,
justru ini akan menjadi acuan untuk menggaji karyawannya sebatas atau sebesar
UMR itu sendiri. Pada akhirnya banyak bisnis kecil yang tidak bertahan lama
karena ditinggalkan SDM yang telah perpengalaman.
B. Saran
Motivasi Pemerintah Selama krisis
ekonomi yang berawal pada pertengahan tahun 1997, sektor agribisnis termasuk
didalamnya bisnis kecil secara nyata telah mampu menjadi stabilizer
perekonomian di Indonesia. Hal ini terbukti masih tetapnya usaha-usaha
agribisnis berproduksi, terutama usaha menengah dan usaha kecil. Jika ini yang
terjadi haruslah ada intervensi pemerintah sebagai regulasi dalam memotivasi
bertumbuhnya wira-wira usaha baru sehingga perekonomian nasional dapat segera
bangkit.
Para pemimpin Bisnis Kecil,
belajarlah lebih banyak lagi Para pemimpin bisnis kecil, pandanglah masa depan
perusahaan anda sebagai sebuah masa depan yang terus dapat di wariskan sehingga
anda dapat mengelola bisnis secara profesional, manjauhkan diri dari kekuasan
mutlak, kesewenang-wenangan.
Paculah Kinerja Karyawan anda dengan
Motivasi Kelemahan mendasar pada bisnis kecil adalah mengabaikan arti dan makna
motivasi ini, pemilik biasanya hanya memperhatikan pada tingkat kebutuhan
dasar, belum lagi, pemerintah telah mematok upah minimum regional misalnya,
justru ini akan menjadi acuan untuk menggaji karyawannya sebatas atau sebesar
UMR itu sendiri. Untuk hal ini, penulis sangat mengharapkan, para pengusaha
kecil janganlah memberikan motivasi hanya sebatas kebutuhan dasar saja, tetapi
perlakukanlah karyawan anda seperti manusia selayaknya. Pada akhirnya banyak
bisnis kecil anda bertahan lama tidak ditinggalkan SDM yang telah perpengalaman.
DAFTAR
PUSTAKA
Sutjipta, Nyoman, 2001, “Manajemen Sumber Daya Manusia” Diktat: Univeritas Udayana, Denpasar.
Sutjipta, Nyoman, 2001, “Manajemen Sumber Daya Manusia” Diktat: Univeritas Udayana, Denpasar.
Sumidjo,
Wahyo, 1984,”Kepemimpinan dan Motivasi”, Ghalia Indonesia, Jakarta.
http://artikelrande.blogspot.com/2010/07/manajemen-kewirausahaan.html
Thoha, Miftah, 1994,”Kepemimpinan Dalam Manajemen”, CV. Rajawali, Jakarta.
Yukl, Gary, 1996, “Kepemimpinan Dalam kewirausahaan”, Prerhallindo, Jakarta
Thoha, Miftah, 1994,”Kepemimpinan Dalam Manajemen”, CV. Rajawali, Jakarta.
Yukl, Gary, 1996, “Kepemimpinan Dalam kewirausahaan”, Prerhallindo, Jakarta
0 Response to "MANAGEMEN DALAM KEWIRAUSAHAAN"
Post a Comment