SOSIOLOGI PENDIDIKAN KEMISKINAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah-masalah sosial berhubungan erat dengan
nilai-nilai sosial dan lembaga-lembaga kemasyarakatan .Masalah tersebut
bersifat sosial karena bersangkut paut dengan hubungan antar manusia dan
didalam kerangka bagian-bagian kebudayaan normative dan dinamakan masalah
karena bersangkut paut dengan gejala-gejala yang menganggu kelanggengan dalam
masyarakat Dengan demikian masalah-masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial
yang menyangkup segi moral .Dikatakan masalah karena menyangkut tata kelakuan
immoral, berlawanan dengan hokum dan bersifat merusak .Masalah sosial timbul
dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau kelompok sosial yang
bersumber pada faktor-faktor ekonomis, biologis, biopsikologis dan kebudayaan.
Problema-problema (Masalah-masalah) sosial yang berasal dari faktor ekonomis antara lain adalah kemiskinan,penggangguran dan sebagainya.Yang berasal dari faktor biologis contohnya penyakit sedangkan yang berasal dari factor psikologis seperti penyakit syaraf,gangguan jiwa dan yang berasal dari kebudayaan menyankut perceraian, kejahatan, kenakalan anak-anak, konflik rasial dan keagamaan.
Problema-problema (Masalah-masalah) sosial yang berasal dari faktor ekonomis antara lain adalah kemiskinan,penggangguran dan sebagainya.Yang berasal dari faktor biologis contohnya penyakit sedangkan yang berasal dari factor psikologis seperti penyakit syaraf,gangguan jiwa dan yang berasal dari kebudayaan menyankut perceraian, kejahatan, kenakalan anak-anak, konflik rasial dan keagamaan.
Adapun dibuatnya tugas makalah ini penulis membatasi
ruang lingkup pembahasan yaitu mengenai permasalahan sosial dari faktor ekonomi
yaitu kemiskinan
B. Rumusan Masalah
- Apa yang di maksud dengan Kemiskinan
- Jenis-jenis Kemiskinan
- Penyebab Kemiskinan
C. Tujuan di buatnya Tugas Makalah
Tujuan Tugas Makalah : Tujuan dibuatnya tugas makalah
mengenai Masalah Sosial Sebagai Inspirrasi Perubahan (Kasus Kemiskinan) dan
Upaya Pemecahaannya oleh penulis antara lain untuk :
a.
Meningkatkan peran sera mahasiswa dalam menanggulangi kemiskinan
dilingkungannya.
b.
Mengungkapkan permasalahan kemiskinan yang di alami
masyarakat terutama dipedesaan dan upaya utuk menanggulanginya.
c.
Meningkatkan rasa tenggang rasa, sosialisasi terhadap
sesama,dan menurunkan kesenjangan sosia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Kemiskinan
Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan di mana
seseorang tidak sanggup memilihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf
kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisik
dalam kelompok tersebut. Dan dapat diartikan juga sebagai Kesenjangan ekonomi
atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat
berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta tingkat
kemiskinan atau jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan (poverty
line) merupakan dua masalah besar di banyak negara-negara berkembang (LDCs), tidak
terkecuali di Indonesia .
Pemberdayaan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menekan angka
kemiskinan agar tercapai tujuan pembagunaan .
Menurut John Friendman mendefinisikan kemiskinan
sebagai suatu kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan dasar (esensial) individu
sebagai manusia.Sementara Chambers menggambarkan kemiskinan, terutama di
pedesaan mempunyai lima
karakteristik yang saling terkait: kemiskinan material, kelemahan fisik,
keterkucilan dan keterpencilan, kerentanan, dan ketidakberdayaan. Dari kelima
karakteristik tersebut yang perlu mendapat perhatian adalah kerentanan dan
ketidakberdayaan. Kerentanan adalah ketidakmampuan keluarga miskin untuk
menyediakan sesuatu guna menghadapi situasi darurat seperti datangnya bencana
alam, kegagalan panen, atau penyakit yang tiba-tiba menimpa keluarga miskin
.Kerentanan sering menimbulkan kondisi memprihatinkan yang menyebabkan keluarga
miskin harus menjual harta benda dan asset produksinya sehingga mereka makin
rentan dan tidak berdaya. Sedangkan ketidakberdayaan adalah dimana elit desa
dengan seenaknya memfungsikan diri sebagai oknum yang menjaring bantuan yang
sebenarnya diperuntukkan untuk orang miskin. Ketidakberdayaan keluarga miskin
di kesempatan yang lain mungkin dimanifestasikan dalam hal seringnya keluarga
miskin di tipu dan ditekan oleh orang yang memiliki kekuasaan. Ketidakberdayaan
mengakibatkan terjadinya bias bantuan untuk si miskin kepada kelas di atasnya
yang seharusnya tidak berhak memperoleh subsidi, seperti kasus dana Bantuan Langsung
Tunai (BLT).
Secara ekonomi kemiskinan dapat didefinisikan sebagai
kekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan
meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang.Sumber daya dalam konteks ini
menyangkut tidak hanya aspek finansial, melainkan pula semua jenis kekayaan
(wealth) yang dapat meningklatkan kesejahteraan masyarakat.
Kenyataannya menunjukkan bahwa kemiskinan tidak bisa
didefinisikan dengan sangat sederhana, karena tidak hanya berhubungan dengan
kemampuan memenuhi kebutuhan material, tetapi juga sangat berkaitan dengan
dimensi kehidupan manusia berikut ini
Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, dilihat dari
stok pangan yang terbatas, rendahnya asupan kalori penduduk miskin dan buruknya
status gizi bayi, anak balita dan ibu.
Terbatasnya akses dan rendahnya di sebabkan oleh
kesulitan mendapatkan mutu layanan kesehatan,kurangnya pemahaman terhadap
perilaku hidup sehat,kurang nya layanan reproduksi .jarak fasilitas layanan
kesehatan yang jauh, biaya pengobatan dan biaya perawatan yang mahal. Di sisi
lain, utilisasi rumah sakit masih didominasi oleh golongan mampu, sedang
masyarakat miskin cenderung memanfaatkan pelayanan di Puskesmas. Demikian juga
persalinan oleh tenaga kesehatan dan asuransi kesehatan sebagai suatu bentuk sistem
jaminan sosial pada penduduk miskin.
Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan
pendidikan yang disebabkanoleh kesenjangan biaya pendidikan, fasilitas
pendidikan yang terbatas, biayapendidikan yang mahal, kesempatan memperoleh
pendidikan yang terbatas,tingginya beban biaya pendidikan baik biaya langsung
maupun tidak langsung.
Terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha, lemahnya
perlindungan terhadap aset usaha, dan perbedaan upah serta lemahnya
perlindungan kerja terutama bagi pekerja anak dan pekerja perempuan seperti
buruh migran perempuan dan pembantu rumah tangga.
Terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi.
Masyarakat miskin yang tinggal di kawasan nelayan, pinggiran hutan, dan
pertanian lahan kering kesulitan memperoleh perumahan dan lingkungan permukiman
yang sehat dan layak. Dalam satu rumah seringkali dijumpai lebih dari satu
keluarga dengan fasilitas sanitasi yang kurang memadai.
Terbatasnya akses terhadap air bersih. Kesulitan untuk
mendapatkan air bersih terutama disebabkan oleh terbatasnya penguasaan sumber
air dan menurunnya mutu sumber air.
Lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah.
Masyarakat miskin menghadapi masalah ketimpangan struktur penguasaan dan
pemilikan tanah, serta ketidakpastian dalam penguasaan dan pemilikan lahan
pertanian. Kehidupan rumah tangga petani sangat dipengaruhi oleh aksesnya
terhadap tanah dan kemampuan mobilisasi anggota keluargannya untuk bekerja di
atas tanah pertanian.
Memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya
alam, serta terbatasnya akses masyarakat terhadap sumber daya alam. Masyarakat
miskin yang tinggal di daerah perdesaan, kawasan pesisir, daerah pertambangan
dan daerah pinggiran hutan sangat tergantung pada sumberdaya alam sebagai
sumber penghasilan.
Lemahnya jaminan rasa aman. Lemahnya partisipasi.
Berbagai kasus penggusuran perkotaan, pemutusan hubungan kerja secara sepihak,
dan pengusiran petani dari wilayah garapan menunjukkan kurangnya dialog dan
lemahnya pertisipasi mereka dalam pengambilan keputusan. Rendahnya partisipasi
masyarakat miskin dalam perumusan kebijakan juga disebabkan oleh kurangnya
informasi baik mengenai kebijakan yang akan dirumuskan maupun mekanisme
perumusan yang memungkinkan keterlibatan mereka.
Besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga dan adanya tekanan hidup yang mendorong terjadinya migrasi. Rumahtangga miskin mempunyai rata-rata anggota keluarga lebih besar daripada rumah tangga tidak miskin.
Besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga dan adanya tekanan hidup yang mendorong terjadinya migrasi. Rumahtangga miskin mempunyai rata-rata anggota keluarga lebih besar daripada rumah tangga tidak miskin.
B. Jenis-Jenis Kemiskinan
Besarnya kemiskinan bisa diukur dengan atau tanpa mengacu
kepada garis kemiskinan. Konsep yang mengacu kepada garis kemiskinan disebut
kemiskinan relatif, sedangkan konsep yang pengukurannya tidak didasarkan pada
garis kemiskinan disebut kemiskinan absolute
·
Kemiskinan relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan
di dalam distribusi pendapatan, biasanya dapat didefinisikan didalam kaitannya
dengan tingkat rata-rata dari distribusi yang dimaksud.
·
Kemiskinan absolut adalah derajat kemiskinan
dibawah, dimana kebutuhan-kebutuhan minimum untuk bertahan hidup tidak dapat
terpenuhi.
C. Penyebab Kemiskinan
Faktor-faktor penyebab kemiskinan sangat sulit untuk
dipastikan mana penyebab yang berpengaruh langsung dan yang tidak lagsung
terhadap kemiskinaan
§
Tingkat dan laju pertumbuhan output
§
Tingkat upah neto
§
Distribusi pendapatan
§
Kesempatan kerja
§
Tingkat inflasi
§
Pajak dan subsidi Investasi
§
Alokasi serta kualitas SDA dan ketersediaan
fasilitas umum
§
Penggunaan teknologi dan tingkat & jenis
pendidikan
§
Kondisi fisik dan alam
§
Politik dan peperangan
§
Bencana alam
Sedangkan Secara teoritis kemiskinan dapat dipahami
melalui akar penyebabnya yang dibedakan menjadi dua kategori :
a.
Kemiskinan Natural atau alamiah
Kemiskinan
yang timbul sebagai akibat terbatasnya jumlah sumber daya dan/atau karena
tingkat perkembangan teknologi yang sangat rendah.
b.
Kemiskinan structural
Kemiskinan
yang terjadi karena struktur sosial yang ada membuat anggota atau kelompok
masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara
merata. Artinya sebagian anggota masyarakat tetap miskin walaupun sebenarnya
jumlah total produksi yang dihasilkan oleh masyarakat tersebut bila dibagi rata
dapat membebaskan semua anggota masyarakat dari kemiskinan.
Golongan
yang menderita kemiskinan struktural itu misalnya terdiri dari para petani yang
tidak memiliki tanah sendiri, atau para petani yang tanah miliknya kecil
sehingga hasilnya tidak mencukupi untuk memberi makan kepada dirinya sendiri
dan keluarganya. Termasuk golongan miskin lain adalah kaum buruh yang tidak
terpelajar dan terlatih, atau apa yang dengan kata asing disebut unskilled
labors Golongan miskin ini meliputi juga para pengusaha tanpa modal dan tanpa
fasilitas dari pemerintah yang sekarang dapat dinamakan golongan ekonomi sangat
lemah
3. Penanggulangan Kemiskinan
Persoalan
kemiskinan dan kesenjangan sosial masih menjadi masalah besar di negara Indonesia
terutama didaerah pedesaan. Persoalan kemiskinan dan kesenjangan sosial dapat
menjadi konflik untuk itu harus mencari alternatif penanggulanan kemiskinan.
Salah
satu upaya dalam penanggulangan kemiskinan adalah dengan pemberdayaan, misalnya
pemberdayaan lingkungan dan pembedayaan kewirausahaan. Pemberdayaan adalah suatu
proses yang mengembangkan dan memperkuat kemampuan masyarakat untuk terus
terlibat dalam proses pembangunan yang secara dinamis sehingga masyarakat dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi serta dapat mengambil keputusan.
Pemberdayaan merupakan program komprehensif dan terpadu dalam rangka
peningkatan mutu Sumber Daya Manusia, human capital, yang sekaligus diarahkan
untuk mencapai Millenium Development Goals (MDGs) yang tujuan utamanya
penghapusan kemiskinan dan peningkatan mutu manusia yang berbudaya dan
demokratis.
Pemerintah
pun telah banyak mengeluarkan program kebijakan yang digunakan untuk
menanggulangi kemiskinan contohnya : PKPS BBM yang terdiri dari program
bagi-bagi uang atau BLT, P2KP yang kemudian diganti menjadi PNPM dengan aneka
ragam jenis PNPM, program BOS, RASKIN, Askeskin, Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Menurut
Roger Harris dalam bukunya yang berjedul information and communication
technologies for poverty alleviation (2004), Strategi penanggulangan
kemiskinan, antara lain:
a.
Mendistribusikan informasi yang relevan untuk
pembangunan.
Memberdayakan masyarakat yang kurang beruntung (disadvantaged) dan
terpinggirkan (marginalized).
Mendorong usaha mikro (fostering micro entrepreneurship)
Meningkatkan layanan informasi kesehatan jarak jauh (telemedicine).
Memperbaiki pendidikan melaslui e-learning dan pembelajaran seumur hidup (life long learning)
Meningkatkan layanan informasi kesehatan jarak jauh (telemedicine).
Memperbaiki pendidikan melaslui e-learning dan pembelajaran seumur hidup (life long learning)
b.
Mengembangkan perdagangan melalui ecommerce
Menciptakan ketataprajaan yang lebih efesien dan transparan melalui
e-govermence.Mengembangkan kemampuan.Memperkayakebudayaan Menunjang pertanian Menciptakan lapangan
kerja, dan Mendorong mobilisasi social
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kemajuan
suatu masyarakat atau bangsa biasanya ditandai dengan tingginya perhatian yang
diberikan pihak pemerintah terhadap kelompok-kelompok marjinal, baik marjinal
dari sisi geografis maupun sosiologis, sebab kemajuan yang dicita-citakan mestinya
berorientasi pada pemerataan kesejahteraan masyarakat. Karena itu, sebuah
bangsa akan disebut maju jika seluruh atau sebagian besar masyarakatnya telah
berada dalam kondisi sejahtera. Indonesia
sebagai sebuah negara berkembang masih menghadapi berbagai problem ekonomi baik
makro maupun mikro, dan hal tersebut telah turut menghambat lajunya proses
kesejahteraan kehidupan rakyat contohnya masalah kemiskinan dan kesejangan
sosial antara desa dan kota .
Salah satu akibat terjadinya kesenjangan sosial meningkatnya kasus kejahatan
dan kriminalitas, meningkatnya urbanisasi dari desa ke kota . Dengan demikian pemerintah harus
berupaya memberikan perhatian kepada masyarakat miskin sebagai langkah untk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satu upaya pemerintah untuk
menanggulangi kemiskinan dengan pemberdayaan. Pemberdayaan adalah sebuah
program untuk mendorong masyarakat agar mampu melakukan perubahan yaitu keluar
dari kemiskinan dan menjadai berdaya mandiri
DAFTAR PUSTAKA
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi
Suatu Pengantar. Jakarta
: PT.RajaGrafindo
Persada.http://www.damandiri.or.id/file/buku/buku3haryono2005bab2.pdf
http://www.bappeda-purwakarta.or.id/artikel/kemiskinan%20perempuan.pdf
D3sTya PuRwaNin6 TiaS
0 Response to "SOSIOLOGI PENDIDIKAN KEMISKINAN"
Post a Comment