URUTAN PRESIDEN INDONESIA,SIAPAKAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA YANG KE DELAPAN.?
Presiden Pertama, Ir. Soekarno
(1945-1966)
Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika..
Masa kecil Soekarno hanya beberapa
tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga tamat, beliau
tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi
kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere
Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa
nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut
ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang
menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar “Ir” pada 25 Mei 1926.
Kemudian, beliau merumuskan ajaran
Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927,
dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke penjara
Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru
disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau
menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.
Pembelaannya itu membuat Belanda makin
marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun
1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya,
beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat
tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
Setelah melalui perjuangan yang cukup
panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17
Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan
gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus
1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara
aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.
Sebelumnya, beliau juga berhasil
merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno
berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan
Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi
Gerakan Non Blok.
Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan
krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya.
Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Kesehatannya terus
memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia
disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat
makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai
“Pahlawan Proklamasi”
Presiden Kedua, Soeharto (1966-1998)
Soeharto adalah Presiden kedua Republik Indonesia. Beliau lahir di Kemusuk, Yogyakarta, tanggal 8 Juni 1921. Bapaknya bernama Kertosudiro seorang petani yang juga sebagai pembantu lurah dalam pengairan sawah desa, sedangkan ibunya bernama Sukirah.
Soeharto masuk sekolah tatkala berusia
delapan tahun, tetapi sering pindah. Semula disekolahkan di Sekolah Desa (SD)
Puluhan, Godean. Lalu pindah ke SD Pedes, lantaran ibunya dan suaminya, Pak
Pramono pindah rumah, ke Kemusuk Kidul. Namun, Pak Kertosudiro lantas
memindahkannya ke Wuryantoro. Soeharto dititipkan di rumah adik perempuannya
yang menikah dengan Prawirowihardjo, seorang mantri tani.
Sampai akhirnya terpilih menjadi
prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong, Jawa Tengah pada tahun 1941.
Beliau resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945. Pada tahun 1947, Soeharto
menikah dengan Siti Hartinah seorang anak pegawai Mangkunegaran.
Perkimpoian Letkol Soeharto dan Siti
Hartinah dilangsungkan tanggal 26 Desember 1947 di Solo. Waktu itu usia
Soeharto 26 tahun dan Hartinah 24 tahun. Mereka dikaruniai enam putra dan
putri; Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati
Herijadi, Hutomo Mandala Putra dan Siti Hutami Endang Adiningsih.
Jenderal Besar H.M. Soeharto telah
menapaki perjalanan panjang di dalam karir militer dan politiknya. Di
kemiliteran, Pak Harto memulainya dari pangkat sersan tentara KNIL, kemudian komandan
PETA, komandan resimen dengan pangkat Mayor dan komandan batalyon berpangkat
Letnan Kolonel.
Pada tahun 1949, dia berhasil memimpin
pasukannya merebut kembali kota Yogyakarta dari tangan penjajah Belanda saat
itu. Beliau juga pernah menjadi Pengawal Panglima Besar Sudirman. Selain itu
juga pernah menjadi Panglima Mandala (pembebasan Irian Barat).
Tanggal 1 Oktober 1965, meletus
G-30-S/PKI. Soeharto mengambil alih pimpinan Angkatan Darat. Selain dikukuhkan
sebagai Pangad, Jenderal Soeharto ditunjuk sebagai Pangkopkamtib oleh Presiden
Soekarno. Bulan Maret 1966, Jenderal Soeharto menerima Surat Perintah 11 Maret
dari Presiden Soekarno. Tugasnya, mengembalikan keamanan dan ketertiban serta
mengamankan ajaran-ajaran Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno.
Karena situasi politik yang memburuk
setelah meletusnya G-30-S/PKI, Sidang Istimewa MPRS, Maret 1967, menunjuk Pak
Harto sebagai Pejabat Presiden, dikukuhkan selaku Presiden RI Kedua, Maret
1968. Pak Harto memerintah lebih dari tiga dasa warsa lewat enam kali Pemilu,
sampai ia mengundurkan diri, 21 Mei 1998.
residen RI Kedua HM Soeharto wafat pada
pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008. Jenderal Besar yang oleh MPR
dianugerahi penghormatan sebagai Bapak Pembangunan Nasional, itu meninggal
dalam usia 87 tahun setelah dirawat selama 24 hari (sejak 4 sampai 27 Januari
2008) di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta.
Berita wafatnya Pak Harto pertama kali
diinformasikan Kapolsek Kebayoran Baru, Kompol. Dicky Sonandi, di Jakarta,
Minggu (27/1). Kemudian secara resmi Tim Dokter Kepresidenan menyampaikan
siaran pers tentang wafatnya Pak Harto tepat pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari
2008 di RSPP Jakarta akibat kegagalan multi organ.
Kemudian sekira pukul 14.40, jenazah
mantan Presiden Soeharto diberangkatkan dari RSPP menuju kediaman di Jalan
Cendana nomor 8, Menteng, Jakarta. Ambulan yang mengusung jenazah Pak Harto
diiringi sejumlah kendaraan keluarga dan kerabat serta pengawal. Sejumlah
wartawan merangsek mendekat ketika iring-iringan kendaraan itu bergerak menuju
Jalan Cendana, mengakibatkan seorang wartawati televisi tertabrak.
Di sepanjang jalan Tanjung dan Jalan
Cendana ribuan masyarakat menyambut kedatangan iringan kendaraan yang membawa
jenazah Pak Harto. Isak tangis warga pecah begitu rangkaian kendaraan yang
membawa jenazah mantan Presiden Soeharto memasuki Jalan Cendana, sekira pukul
14.55, Minggu (27/1).
Seementara itu, Presiden RI Susilo
Bambang Yudhoyono didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah menteri
yang tengah mengikuti rapat kabinet terbatas tentang ketahanan pangan,
menyempatkan mengadakan jumpa pers selama 3 menit dan 28 detik di Kantor
Presiden, Jakarta, Minggu (27/1). Presiden menyampaikan belasungkawa yang
mendalam atas wafatnya mantan Presiden RI Kedua Haji Muhammad Soeharto.
Presiden Ketiga, Habibie (1998-1999)
Presiden ketiga Republik Indonesia,
Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni
1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi
Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah
dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang
putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.
Masa kecil Habibie dilalui bersama
saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada
prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. Habibie yang punya
kegemaran menunggang kuda ini, harus kehilangan bapaknya yang meninggal dunia
pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung. Tak lama setelah bapaknya
meninggal, Habibie pindah ke Bandung untuk menuntut ilmu di Gouvernments
Middlebare School. Di SMA, beliau mulai tampak menonjol prestasinya, terutama
dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya.
Setelah tamat SMA di bandung tahun
1954, beliau masuk Universitas Indonesia di Bandung (Sekarang ITB). Beliau
mendapat gelar Diploma dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 yang
kemudian mendapatkan gekar Doktor dari tempat yang sama tahun 1965. Habibie
menikah tahun 1962, dan dikaruniai dua orang anak. Tahun 1967, menjadi Profesor
kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung.
Langkah-langkah Habibie banyak
dikagumi, penuh kontroversi, banyak pengagum namun tak sedikit pula yang tak
sependapat dengannya. Setiap kali, peraih penghargaan bergengsi Theodore van
Karman Award, itu kembali dari “habitat”-nya Jerman, beliau selalu menjadi
berita. Habibie hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga
meraih gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat Summa
Cum laude. Lalu bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman,
sebelum memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.
Di Indonesia, Habibie 20 tahun menjabat
Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN Industri
Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI, dan disumpah oleh Ketua
Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto. Soeharto menyerahkan
jabatan presiden itu kepada Habibie berdasarkan Pasal 8 UUD 1945. Sampai
akhirnya Habibie dipaksa pula lengser akibat refrendum Timor Timur yang memilih
merdeka. Pidato Pertanggungjawabannya ditolak MPR RI. Beliau pun kembali
menjadi warga negara biasa, kembali pula hijrah bermukim ke Jerman.
Sebagian Karya beliau dalam menghitung dan mendesain
beberapa proyek pembuatan pesawat terbang :
* VTOL ( Vertical Take Off & Landing ) Pesawat Angkut DO-31.
* Pesawat Angkut Militer TRANSALL C-130.
* Hansa Jet 320 ( Pesawat Eksekutif ).
* Airbus A-300 ( untuk 300 penumpang )
* CN – 235
* N-250
* dan secara tidak langsung turut berpartisipasi dalam menghitung dan mendesain:
• Helikopter BO-105.
• Multi Role Combat Aircraft (MRCA).
• Beberapa proyek rudal dan satelit.
* VTOL ( Vertical Take Off & Landing ) Pesawat Angkut DO-31.
* Pesawat Angkut Militer TRANSALL C-130.
* Hansa Jet 320 ( Pesawat Eksekutif ).
* Airbus A-300 ( untuk 300 penumpang )
* CN – 235
* N-250
* dan secara tidak langsung turut berpartisipasi dalam menghitung dan mendesain:
• Helikopter BO-105.
• Multi Role Combat Aircraft (MRCA).
• Beberapa proyek rudal dan satelit.
Sebagian Tanda Jasa/Kehormatannya :
* 1976 – 1998 Direktur Utama PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara/ IPTN.
* 1978 – 1998 Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia.
* Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi / BPPT
* 1978 – 1998 Direktur Utama PT. PAL Indonesia (Persero).
* 1978 – 1998 Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam/ Opdip Batam.
* 1980 – 1998 Ketua Tim Pengembangan Industri Pertahanan Keamanan (Keppres No. 40, 1980)
* 1983 – 1998 Direktur Utama, PT Pindad (Persero).
* 1988 – 1998 Wakil Ketua Dewan Pembina Industri Strategis.
* 1989 – 1998 Ketua Badan Pengelola Industri Strategis/ BPIS.
* 1990 – 1998 Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim se-lndonesia/lCMI.
* 1993 Koordinator Presidium Harian, Dewan Pembina Golkar.
* 10 Maret – 20 Mei 1998 Wakil Presiden Republik Indonesia
* 21 Mei 1998 – Oktober 1999 Presiden Republik Indonesia
* 1976 – 1998 Direktur Utama PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara/ IPTN.
* 1978 – 1998 Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia.
* Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi / BPPT
* 1978 – 1998 Direktur Utama PT. PAL Indonesia (Persero).
* 1978 – 1998 Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam/ Opdip Batam.
* 1980 – 1998 Ketua Tim Pengembangan Industri Pertahanan Keamanan (Keppres No. 40, 1980)
* 1983 – 1998 Direktur Utama, PT Pindad (Persero).
* 1988 – 1998 Wakil Ketua Dewan Pembina Industri Strategis.
* 1989 – 1998 Ketua Badan Pengelola Industri Strategis/ BPIS.
* 1990 – 1998 Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim se-lndonesia/lCMI.
* 1993 Koordinator Presidium Harian, Dewan Pembina Golkar.
* 10 Maret – 20 Mei 1998 Wakil Presiden Republik Indonesia
* 21 Mei 1998 – Oktober 1999 Presiden Republik Indonesia
Presiden Keempat, Abdurrahman Wahid
(1999-2001)
Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara yang dilahirkan di Denanyar Jombang Jawa Timur pada tanggal 4 Agustus 1940. Secara genetik Gus Dur adalah keturunan “darah biru”. Ayahnya, K.H. Wahid Hasyim adalah putra K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU)-organisasi massa Islam terbesar di Indonesia-dan pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang. Ibundanya, Ny. Hj. Sholehah adalah putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, K.H. Bisri Syamsuri. Kakek dari pihak ibunya ini juga merupakan tokoh NU, yang menjadi Rais ‘Aam PBNU setelah K.H. Abdul Wahab Hasbullah. Dengan demikian, Gus Dur merupakan cucu dari dua ulama NU sekaligus, dan dua tokoh bangsa Indonesia.
Pada tahun 1949, ketika clash dengan
pemerintahan Belanda telah berakhir, ayahnya diangkat sebagai Menteri Agama
pertama, sehingga keluarga Wahid Hasyim pindah ke Jakarta. Dengan demikian
suasana baru telah dimasukinya. Tamu-tamu, yang terdiri dari para tokoh-dengan
berbagai bidang profesi-yang sebelumnya telah dijumpai di rumah kakeknya, terus
berlanjut ketika ayahnya menjadi Menteri agama. Hal ini memberikan pengalaman
tersendiri bagi seorang anak bernama Abdurrahman Wahid. Secara tidak langsung,
Gus Dur juga mulai berkenalan dengan dunia politik yang didengar dari kolega
ayahnya yang sering mangkal di rumahnya.
Sejak masa kanak-kanak, ibunya telah
ditandai berbagai isyarat bahwa Gus Dur akan mengalami garis hidup yang berbeda
dan memiliki kesadaran penuh akan tanggung jawab terhadap NU. Pada bulan April
1953, Gus Dur pergi bersama ayahnya mengendarai mobil ke daerah Jawa Barat
untuk meresmikan madrasah baru. Di suatu tempat di sepanjang pegunungan antara
Cimahi dan Bandung, mobilnya mengalami kecelakaan. Gus Dur bisa diselamatkan,
akan tetapi ayahnya meninggal. Kematian ayahnya membawa pengaruh tersendiri
dalam kehidupannya.
Dalam kesehariannya, Gus Dur mempunyai
kegemaran membaca dan rajin memanfaatkan perpustakaan pribadi ayahnya. Selain
itu ia juga aktif berkunjung keperpustakaan umum di Jakarta. Pada usia belasan
tahun Gus Dur telah akrab dengan berbagai majalah, surat kabar, novel dan
buku-buku yang agak serius. Karya-karya yang dibaca oleh Gus Dur tidak hanya
cerita-cerita, utamanya cerita silat dan fiksi, akan tetapi wacana tentang
filsafat dan dokumen-dokumen manca negara tidak luput dari perhatianya. Di
samping membaca, tokoh satu ini senang pula bermain bola, catur dan musik.
Dengan demikian, tidak heran jika Gus Dur pernah diminta untuk menjadi
komentator sepak bola di televisi. Kegemaran lainnya, yang ikut juga melengkapi
hobinya adalah menonton bioskop. Kegemarannya ini menimbulkan apresiasi yang
mendalam dalam dunia film. Inilah sebabnya mengapa Gu Dur pada tahun 1986-1987 diangkat
sebagai ketua juri Festival Film Indonesia.
Masa remaja Gus Dur sebagian besar
dihabiskan di Yogyakarta dan Tegalrejo. Di dua tempat inilah pengembangan ilmu
pengetahuan mulai meningkat. Masa berikutnya, Gus Dur tinggal di Jombang, di
pesantren Tambak Beras, sampai kemudian melanjutkan studinya di Mesir. Sebelum
berangkat ke Mesir, pamannya telah melamarkan seorang gadis untuknya, yaitu
Sinta Nuriyah anak Haji Muh. Sakur. Perkimpoiannya dilaksanakan ketika ia
berada di Mesir.
Pengalaman Pendidikan
Pertama kali belajar, Gus Dur kecil
belajar pada sang kakek, K.H. Hasyim Asy’ari. Saat serumah dengan kakeknya, ia
diajari mengaji dan membaca al-Qur’an. Dalam usia lima tahun ia telah lancar
membaca al-Qur’an. Pada saat sang ayah pindah ke Jakarta, di samping belajar
formal di sekolah, Gus Dur masuk juga mengikuti les privat Bahasa Belanda. Guru
lesnya bernama Willem Buhl, seorang Jerman yang telah masuk Islam, yang
mengganti namanya dengan Iskandar. Untuk menambah pelajaran Bahasa Belanda
tersebut, Buhl selalu menyajikan musik klasik yang biasa dinikmati oleh orang
dewasa. Inilah pertama kali persentuhan Gu Dur dengan dunia Barat dan dari sini
pula Gus Dur mulai tertarik dan mencintai musik klasik.
Setelah lulus dari Sekolah Dasar, Gus
Dur dikirim orang tuanya untuk belajar di Yogyakarta. Pada tahun 1953 ia masuk
SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama) Gowongan, sambil mondok di pesantren
Krapyak. Sekolah ini meskipun dikelola oleh Gereja Katolik Roma, akan tetapi
sepenuhnya menggunakan kurikulum sekuler. Di sekolah ini pula pertama kali Gus
Dur belajar Bahasa Inggris. Karena merasa terkekang hidup dalam dunia
pesantren, akhirnya ia minta pindah ke kota dan tinggal di rumah Haji Junaidi,
seorang pimpinan lokal Muhammadiyah dan orang yang berpengaruh di SMEP. Kegiatan
rutinnya, setelah shalat subuh mengaji pada K.H. Ma’shum Krapyak, siang hari
sekolah di SMEP, dan pada malam hari ia ikut berdiskusi bersama dengan Haji
Junaidi dan anggota Muhammadiyah lainnya.
Setamat dari SMEP Gus Dur melanjutkan
belajarnya di Pesantren Tegarejo Magelang Jawa Tengah. Pesantren ini diasuh
oleh K.H. Chudhari, sosok kyai yang humanis, saleh dan guru dicintai. Kyai
Chudhari inilah yang memperkenalkan Gus Dur dengan ritus-ritus sufi dan
menanamkan praktek-praktek ritual mistik. Di bawah bimbingan kyai ini pula, Gus
Dur mulai mengadakan ziarah ke kuburan-kuburan keramat para wali di Jawa. Pada
saat masuk ke pesantren ini, Gus Dur membawa seluruh koleksi buku-bukunya, yang
membuat santri-santri lain terheran-heran. Pada saat ini pula Gus Dur telah
mampu menunjukkan kemampuannya dalam berhumor dan berbicara. Dalam kaitan
dengan yang terakhir ini ada sebuah kisah menarik yang patut diungkap dalam
paparan ini adalah pada acara imtihan-pesta akbar yang diselenggarakan sebelum
puasa pada saat perpisahan santri yang selesai menamatkan belajar-dengan
menyediakan makanan dan minuman dan mendatangkan semua hiburan rakyat, seperti:
Gamelan, tarian tradisional, kuda lumping, jathilan, dan sebagainya. Jelas,
hiburan-hiburan seperti tersebut di atas sangat tabu bagi dunia pesantren pada
umumnya. Akan tetapi itu ada dan terjadi di Pesantren Tegalrejo.
Setelah menghabiskan dua tahun di
pesantren Tegalrejo, Gus Dur pindah kembali ke Jombang, dan tinggal di
Pesantren Tambak Beras. Saat itu usianya mendekati 20 tahun, sehingga di
pesantren milik pamannya, K.H. Abdul Fatah, ia menjadi seorang ustadz, dan
menjadi ketua keamanan. Pada usia 22 tahun, Gus Dur berangkat ke tanah suci,
untuk menunaikan ibadah haji, yang kemudian diteruskan ke Mesir untuk melanjutkan
studi di Universitas al-Azhar. Pertama kali sampai di Mesir, ia merasa kecewa
karena tidak dapat langsung masuk dalam Universitas al-Azhar, akan tetapi harus
masuk Aliyah (semacam sekolah persiapan). Di sekolah ia merasa bosan, karena
harus mengulang mata pelajaran yang telah ditempuhnya di Indonesia. Untuk
menghilangkan kebosanan, Gus Dur sering mengunjungi perpustakaan dan pusat
layanan informasi Amerika (USIS) dan toko-toko buku dimana ia dapat memperoleh
buku-buku yang dikehendaki.
Meski demikian, semangat belajar Gus
Dur tidak surut. Buktinya pada tahun 1979 Gus Dur ditawari untuk belajar ke
sebuah universitas di Australia guna mendapatkkan gelar doktor. Akan tetapi
maksud yang baik itu tidak dapat dipenuhi, sebab semua promotor tidak sanggup,
dan menggangap bahwa Gus Dur tidak membutuhkan gelar tersebut.
Perjalanan Karir
Sepulang dari pegembaraanya mencari
ilmu, Gus Dur kembali ke Jombang dan memilih menjadi guru. Pada tahun 1971,
tokoh muda ini bergabung di Fakultas Ushuludin Universitas Tebu Ireng Jombang.
Tiga tahun kemudian ia menjadi sekretaris Pesantren Tebu Ireng, dan pada tahun
yang sama Gus Dur mulai menjadi penulis. Ia kembali menekuni bakatnya sebagaii
penulis dan kolumnis. Lewat tulisan-tulisan tersebut gagasan pemikiran Gus Dur
mulai mendapat perhatian banyak. Djohan Efendi, seorang intelektual terkemuka
pada masanya, menilai bahwa Gus Dur adalah seorang pencerna, mencerna semua
pemikiran yang dibacanya, kemudian diserap menjadi pemikirannya tersendiri.
Pada tahun 1974 Gus Dur diminta pamannya,
K.H. Yusuf Hasyim untuk membantu di Pesantren Tebu Ireng Jombang dengan menjadi
sekretaris. Dari sini Gus Dur mulai sering mendapatkan undangan menjadi nara
sumber pada sejumlah forum diskusi keagamaan dan kepesantrenan, baik di dalam
maupun luar negeri. Selanjutnya Gus Dur terlibat dalam kegiatan LSM.
Pada tahun 1979 Gus Dur pindah ke
Jakarta. Mula-mula ia merintis Pesantren Ciganjur. Sementara pada awal tahun
1980 Gus Dur dipercaya sebagai wakil katib syuriah PBNU. Di sini Gus Dur
terlibat dalam diskusi dan perdebatan yang serius mengenai masalah agama,
sosial dan politik dengan berbagai kalangan lintas agama, suku dan disiplin.
Gus Dur semakin serius menulis dan bergelut dengan dunianya, baik di lapangan
kebudayaan, politik, maupun pemikiran keislaman. Karier yang dianggap
‘menyimpang’-dalam kapasitasnya sebagai seorang tokoh agama sekaligus pengurus
PBNU-dan mengundang cibiran adalah ketika menjadi ketua Dewan Kesenian Jakarta
(DKJ) pada tahunn 1983. Ia juga menjadi ketua juri dalam Festival Film Indonesia
(FFI) tahun 1986, 1987.
Pada tahun 1984 Gus Dur dipilih secara
aklamasi oleh sebuah tim ahl hall wa al-’aqdi yang diketuai K.H. As’ad Syamsul
Arifin untuk menduduki jabatan ketua umum PBNU pada muktamar ke-27 di
Situbondo. Jabatan tersebut kembali dikukuhkan pada muktamar ke-28 di pesantren
Krapyak Yogyakarta (1989), dan muktamar di Cipasung Jawa Barat (1994). Jabatan
ketua umum PBNU kemudian dilepas ketika Gus Dur menjabat presiden RI ke-4.
Meskipun sudah menjadi presiden, ke-nyleneh-an Gus Dur tidak hilang, bahkan
semakin diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat. Dahulu, mungkin hanya
masyarakat tertentu, khususnya kalangan nahdliyin yang merasakan kontroversi
gagasannya. Sekarang seluruh bangsa Indonesia ikut memikirkan kontroversi
gagasan yang dilontarkan oleh K.H. Abdurrahman Wahid.
Presiden Kelima, Megawati (2001-2004)
Presiden Republik Indonesia ke-5, Megawati Soekarnoputri lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947. Sebelum diangkat sebagai presiden, beliau adalah Wakil Presiden RI yang ke-8 dibawah pemerintahan Abdurrahman Wahid. Megawati adalah putri sulung dari Presiden RI pertama yang juga proklamator, Soekarno dan Fatmawati. Megawati, pada awalnya menikah dengan pilot Letnan Satu Penerbang TNI AU, Surendro dan dikaruniai dua anak lelaki bernama Mohammad Prananda dan Mohammad Rizki Pratama.
Pada suatu tugas militer, tahun 1970,
di kawasan Indonesia Timur, pilot Surendro bersama pesawat militernya hilang
dalam tugas. Derita tiada tara, sementara anaknya masih kecil dan bayi. Namun,
derita itu tidak berkepanjangan, tiga tahun kemudian Mega menikah dengan pria
bernama Taufik Kiemas, asal Ogan Komiring Ulu, Palembang. Kehidupan keluarganya
bertambah bahagia, dengan dikaruniai seorang putri Puan Maharani. Kehidupan
masa kecil Megawati dilewatkan di Istana Negara. Sejak masa kanak-kanak,
Megawati sudah lincah dan suka main bola bersama saudaranya Guntur. Sebagai
anak gadis, Megawati mempunyai hobi menari dan sering ditunjukkan di hadapan
tamu-tamu negara yang berkunjung ke Istana.
Wanita bernama lengkap Dyah Permata
Megawati Soekarnoputri ini memulai pendidikannya, dari SD hingga SMA di
Perguruan Cikini, Jakarta. Sementara, ia pernah belajar di dua Universitas,
yaitu Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung (1965-1967) dan
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972). Kendati lahir dari
keluarga politisi jempolan, Mbak Mega — panggilan akrab para pendukungnya —
tidak terbilang piawai dalam dunia politik. Bahkan, Megawati sempat dipandang
sebelah mata oleh teman dan lawan politiknya. Beliau bahkan dianggap sebagai
pendatang baru dalam kancah politik, yakni baru pada tahun 1987. Saat itu
Partai Demokrasi Indonesia (PDI) menempatkannya sebagai salah seorang calon
legislatif dari daerah pemilihan Jawa Tengah, untuk mendongkrak suara.
Masuknya Megawati ke kancah politik,
berarti beliau telah mengingkari kesepakatan keluarganya untuk tidak terjun ke
dunia politik. Trauma politik keluarga itu ditabraknya. Megawati tampil menjadi
primadona dalam kampanye PDI, walau tergolong tidak banyak bicara. Ternyata
memang berhasil. Suara untuk PDI naik. Dan beliau pun terpilih menjadi anggota
DPR/MPR. Pada tahun itu pula Megawati terpilih sebagai Ketua DPC PDI Jakarta
Pusat.
Tetapi, kehadiran Mega di gedung
DPR/MPR sepertinya tidak terasa. Tampaknya, Megawati tahu bahwa beliau masih di
bawah tekanan. Selain memang sifatnya pendiam, belaiu pun memilih untuk tidak
menonjol mengingat kondisi politik saat itu. Maka belaiu memilih lebih banyak
melakukan lobi-lobi politik di luar gedung wakil rakyat tersebut. Lobi
politiknya, yang silent operation, itu secara langsung atau tidak langsung,
telah memunculkan terbitnya bintang Mega dalam dunia politik. Pada tahun 1993
dia terpilih menjadi Ketua Umum DPP PDI. Hal ini sangat mengagetkan pemerintah
pada saat itu.
Proses naiknya Mega ini merupakan
cerita menarik pula. Ketika itu, Konggres PDI di Medan berakhir tanpa
menghasilkan keputusan apa-apa. Pemerintah mendukung Budi Hardjono menggantikan
Soerjadi. Lantas, dilanjutkan dengan menyelenggarakan Kongres Luar Biasa di
Surabaya. Pada kongres ini, nama Mega muncul dan secara telak mengungguli Budi
Hardjono, kandidat yang didukung oleh pemerintah itu. Mega terpilih sebagai
Ketua Umum PDI. Kemudian status Mega sebagai Ketua Umum PDI dikuatkan lagi oleh
Musyawarah Nasional PDI di Jakarta.
Namun pemerintah menolak dan
menganggapnya tidak sah. Karena itu, dalam perjalanan berikutnya, pemerintah
mendukung kekuatan mendongkel Mega sebagai Ketua Umum PDI. Fatimah Ahmad cs,
atas dukungan pemerintah, menyelenggarakan Kongres PDI di Medan pada tahun
1996, untuk menaikkan kembali Soerjadi. Tetapi Mega tidak mudah ditaklukkan.
Karena Mega dengan tegas menyatakan tidak mengakui Kongres Medan. Mega teguh
menyatakan dirinya sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro,
sebagai simbol keberadaan DPP yang sah, dikuasai oleh pihak Mega. Para
pendukung Mega tidak mau surut satu langkah pun. Mereka tetap berusaha
mempertahankan kantor itu.
Soerjadi yang didukung pemerintah pun
memberi ancaman akan merebut secara paksa kantor DPP PDI itu. Ancaman itu
kemudian menjadi kenyataan. Pagi, tanggal 27 Juli 1996 kelompok Soerjadi
benar-benar merebut kantor DPP PDI dari pendukung Mega. Namun, hal itu tidak
menyurutkan langkah Mega. Malah, dia makin memantap langkah mengibarkan perlawanan.
Tekanan politik yang amat telanjang terhadap Mega itu, menundang empati dan
simpati dari masyarakat luas.
Mega terus berjuang. PDI pun menjadi
dua. Yakni, PDI pimpinan Megawati dan PDI pimpinan Soerjadi. Massa PDI lebih
berpihak dan mengakui Mega. Tetapi, pemerintah mengakui Soerjadi sebagai Ketua
Umum PDI yang sah. Akibatnya, PDI pimpinan Mega tidak bisa ikut Pemilu 1997.
Setelah rezim Orde Baru tumbang, PDI Mega berubah nama menjadi PDI Perjuangan.
Partai politik berlambang banteng gemuk dan bermulut putih itu berhasil
memenangkan Pemilu 1999 dengan meraih lebih tiga puluh persen suara. Kemenangan
PDIP itu menempatkan Mega pada posisi paling patut menjadi presiden dibanding
kader partai lainnya. Tetapi ternyata pada SU-MPR 1999, Mega kalah.
Tetapi, posisi kedua tersebut rupanya
sebuah tahapan untuk kemudian pada waktunya memantapkan Mega pada posisi
sebagai orang nomor satu di negeri ini. Sebab kurang dari dua tahun, tepatnya
tanggal 23 Juli 2001 anggota MPR secara aklamasi menempatkan Megawati duduk
sebagai Presiden RI ke-5 menggantikan KH Abdurrahman Wahid. Megawati menjadi
presiden hingga 20 Oktober 2003. Setelah habis masa jabatannya, Megawati
kembali mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilihan presiden langsung
tahun 2004. Namun, beliau gagal untuk kembali menjadi presiden setelah kalah
dari Susilo Bambang Yudhoyono yang akhirnya menjadi Presiden RI ke-6.
Presiden Keenam, Soesilo Bambang
Yudhoyono (2004-2014)
Ini dia Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono adalah presiden RI ke-6. Berbeda dengan presiden sebelumnya, beliau
merupakan presiden pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat dalam
proses Pemilu Presiden putaran II 20 September 2004. Lulusan terbaik AKABRI
(1973) yang akrab disapa SBY ini lahir di Pacitan, Jawa Timur 9 September 1949.
Istrinya bernama Kristiani Herawati, merupakan putri ketiga almarhum Jenderal
(Purn) Sarwo Edhi Wibowo.
Pensiunan jenderal berbintang empat ini
adalah anak tunggal dari pasangan R. Soekotjo dan Sitti Habibah. Darah prajurit
menurun dari ayahnya yang pensiun sebagai Letnan Satu. Sementara ibunya, Sitti
Habibah, putri salah seorang pendiri Ponpes Tremas. Beliau dikaruniai dua orang
putra yakni Agus Harimurti Yudhoyono (mengikuti dan menyamai jejak dan prestasi
SBY, lulus dari Akmil tahun 2000 dengan meraih penghargaan Bintang Adhi
Makayasa) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (lulusan terbaik SMA Taruna Nusantara,
Magelang yang kemudian menekuni ilmu ekonomi).
Pendidikan SR adalah pijakan masa depan
paling menentukan dalam diri SBY. Ketika duduk di bangku kelas lima, beliau
untuk pertamakali kenal dan akrab dengan nama Akademi Militer Nasional (AMN),
Magelang, Jawa Tengah. Di kemudian hari AMN berubah nama menjadi Akabri. SBY
masuk SMP Negeri Pacitan, terletak di selatan alun-alun. Ini adalah sekolah idola
bagi anak-anak Kota Pacitan. Mewarisi sikap ayahnya yang berdisiplin keras, SBY
berjuang untuk mewujudkan cita-cita masa kecilnya menjadi tentara dengan masuk
Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) setelah lulus SMA akhir
tahun 1968. Namun, lantaran terlambat mendaftar, SBY tidak langsung masuk
Akabri. Maka SBY pun sempat menjadi mahasiswa Teknik Mesin Institut 10 November
Surabaya (ITS).
Namun kemudian, SBY justru memilih
masuk Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP) di Malang, Jawa Timur.
Sewaktu belajar di PGSLP Malang itu, beliau mempersiapkan diri untuk masuk
Akabri. Tahun 1970, akhirnya masuk Akabri di Magelang, Jawa Tengah, setelah
lulus ujian penerimaan akhir di Bandung. SBY satu angkatan dengan Agus
Wirahadikusumah, Ryamizard Ryacudu, dan Prabowo Subianto. Semasa pendidikan,
SBY yang mendapat julukan Jerapah, sangat menonjol. Terbukti, belaiu meraih
predikat lulusan terbaik Akabri 1973 dengan menerima penghargaan lencana Adhi
Makasaya.
Pendidikan militernya dilanjutkan di
Airborne and Ranger Course di Fort Benning, Georgia, AS (1976), Infantry
Officer Advanced Course di Fort Benning, Georgia, AS (1982-1983) dengan meraih
honor graduate, Jungle Warfare Training di Panama (1983), Anti Tank Weapon
Course di Belgia dan Jerman (1984), Kursus Komandan Batalyon di Bandung (1985),
Seskoad di Bandung (1988-1989) dan Command and General Staff College di Fort
Leavenworth, Kansas, AS (1990-1991). Gelar MA diperoleh dari Webster University
AS. Perjalanan karier militernya, dimulai dengan memangku jabatan sebagai Dan
Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad (Komandan Peleton III di Kompi Senapan A,
Batalyon Infantri Lintas Udara 330/Tri Dharma, Kostrad) tahun 1974-1976,
membawahi langsung sekitar 30 prajurit.
Batalyon Linud 330 merupakan salah satu
dari tiga batalyon di Brigade Infantri Lintas Udara 17 Kujang I/Kostrad, yang
memiliki nama harum dalam berbagai operasi militer. Ketiga batalyon itu ialah
Batalyon Infantri Lintas Udara 330/Tri Dharma, Batalyon Infantri Lintas Udara
328/Dirgahayu, dan Batalyon Infantri Lintas Udara 305/Tengkorak. Kefasihan
berbahasa Inggris, membuatnya terpilih mengikuti pendidikan lintas udara
(airborne) dan pendidikan pasukan komando (ranger) di Pusat Pendidikan Angkatan
Darat Amerika Serikat, Ford Benning, Georgia, 1975. Kemudian sekembali ke tanah
air, SBY memangku jabatan Komandan Peleton II Kompi A Batalyon Linud
305/Tengkorak (Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad) tahun 1976-1977. Beliau pun
memimpin Pleton ini bertempur di Timor Timur.
Sepulang dari Timor Timur, SBY menjadi
Komandan Peleton Mortir 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977). Setelah itu, beliau
ditempatkan sebagai Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978),
Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981), dan Paban Muda Sops SUAD
(1981-1982). Ketika bertugas di Mabes TNI-AD, itu SBY kembali mendapat
kesempatan sekolah ke Amerika Serikat. Dari tahun 1982 hingga 1983, beliau
mengikuti Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS, 1982-1983
sekaligus praktek kerja-On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort
Bragg, AS, 1983. Kemudian mengikuti Jungle Warfare School, Panama, 1983 dan
Antitank Weapon Course di Belgia dan Jerman, 1984, serta Kursus Komando
Batalyon, 1985. Pada saat bersamaan SBY menjabat Komandan Sekolah Pelatih
Infanteri (1983-1985)
Lalu beliau dipercaya menjabat Dan
Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988) dan Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana
(1988), sebelum mengikuti pendidikan di Sekolah Staf dan Komando TNI-AD
(Seskoad) di Bandung dan keluar sebagai lulusan terbaik Seskoad 1989. SBY pun
sempat menjadi Dosen Seskoad (1989-1992), dan ditempatkan di Dinas Penerangan
TNI-AD (Dispenad) dengan tugas antara lain membuat naskah pidato KSAD Jenderal
Edi Sudradjat. Lalu ketika Edi Sudradjat menjabat Panglima ABRI, beliau ditarik
ke Mabes ABRI untuk menjadi Koordinator Staf Pribadi (Korspri) Pangab Jenderal
Edi Sudradjat (1993).
Lalu, beliau kembali bertugas di satuan
tempur, diangkat menjadi Komandan Brigade Infantri Lintas Udara (Dan Brigif
Linud) 17 Kujang I/Kostrad (1993-1994) bersama dengan Letkol Riyamizard
Ryacudu. Kemudian menjabat Asops Kodam Jaya (1994-1995) dan Danrem
072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995). Tak lama kemudian, SBY dipercaya
bertugas ke Bosnia Herzegovina untuk menjadi perwira PBB (1995). Beliau
menjabat sebagai Kepala Pengamat Militer PBB (Chief Military Observer United
Nation Protection Force) yang bertugas mengawasi genjatan senjata di bekas
negara Yugoslavia berdasarkan kesepakatan Dayton, AS antara Serbia, Kroasia dan
Bosnia Herzegovina. Setelah kembali dari Bosnia, beliau diangkat menjadi Kepala
Staf Kodam Jaya (1996). Kemudian menjabat Pangdam II/Sriwijaya (1996-1997)
sekaligus Ketua Bakorstanasda dan Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR
1998) sebelum menjabat Kepala Staf Teritorial (Kaster) ABRI (1998-1999).
Sementara, langkah karir politiknya
dimulai tanggal 27 Januari 2000, saat memutuskan untuk pensiun lebih dini dari
militer ketika dipercaya menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada
pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid. Tak lama kemudian, SBY pun terpaksa
meninggalkan posisinya sebagai Mentamben karena Gus Dur memintanya menjabat
Menkopolsoskam. Pada tanggal 10 Agustus 2001, Presiden Megawati mempercayai dan
melantiknya menjadi Menko Polkam Kabinet Gotong-Royong. Tetapi pada 11 Maret
2004, beliau memilih mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam. Langkah
pengunduran diri ini membuatnya lebih leluasa menjalankan hak politik yang akan
mengantarkannya ke kursi puncak kepemimpinan nasional. Dan akhirnya, pada
pemilu Presiden langsung putaran kedua 20 September 2004, SBY yang berpasangan
dengan Jusuf Kalla meraih kepercayaan mayoritas rakyat Indonesia dengan
perolehan suara di attas 60 persen. Dan pada tanggal 20 Oktober 2004 beliau
dilantik menjadi Presiden RI ke-6.
Berikut ini data lengkap tentang Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono
Nama : Jenderal TNI (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono
Lahir : Pacitan, Jawa Timur, 9 September 1949
Agama : Islam
Jabatan : Presiden Republik Indonesia ke-6
Istri : Kristiani Herawati, putri ketiga (Alm) Jenderal (Purn) Sarwo Edhi Wibowo
Anak : Agus Harimurti Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono
Ayah : Letnan Satu (Peltu) R. Soekotji
Ibu : Sitti Habibah
Nama : Jenderal TNI (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono
Lahir : Pacitan, Jawa Timur, 9 September 1949
Agama : Islam
Jabatan : Presiden Republik Indonesia ke-6
Istri : Kristiani Herawati, putri ketiga (Alm) Jenderal (Purn) Sarwo Edhi Wibowo
Anak : Agus Harimurti Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono
Ayah : Letnan Satu (Peltu) R. Soekotji
Ibu : Sitti Habibah
Pendidikan :
* Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri) tahun 1973
* American Language Course, Lackland, Texas AS, 1976
* Airbone and Ranger Course, Fort Benning , AS, 1976
* Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS, 1982-1983
* On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg, AS, 1983
* Jungle Warfare School, Panama, 1983
* Antitank Weapon Course di Belgia dan Jerman, 1984
* Kursus Komando Batalyon, 1985
* Sekolah Komando Angkatan Darat, 1988-1989
* Command and General Staff College, Fort Leavenwort, Kansas, AS
* Master of Art (MA) dari Management Webster University, Missouri, AS
* Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri) tahun 1973
* American Language Course, Lackland, Texas AS, 1976
* Airbone and Ranger Course, Fort Benning , AS, 1976
* Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS, 1982-1983
* On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg, AS, 1983
* Jungle Warfare School, Panama, 1983
* Antitank Weapon Course di Belgia dan Jerman, 1984
* Kursus Komando Batalyon, 1985
* Sekolah Komando Angkatan Darat, 1988-1989
* Command and General Staff College, Fort Leavenwort, Kansas, AS
* Master of Art (MA) dari Management Webster University, Missouri, AS
Karier :
* Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad (1974-1976)
* Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad (1976-1977)
* Dan Tn Mo 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977)
* Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978)
* Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981)
* Paban Muda Sops SUAD (1981-1982)
* Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985)
* Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988)
* Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988)
* Dosen Seskoad (1989-1992)
* Korspri Pangab (1993)
* Dan Brigif Linud 17 Kujang 1 Kostrad (1993-1994)
* Asops Kodam Jaya (1994-1995)
* Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995)
* Chief Military Observer United Nation Peace Forces (UNPF) di Bosnia-Herzegovina (sejak awal November 1995)
* Kasdam Jaya (1996-hanya lima bulan)
* Pangdam II/Sriwijaya (1996-) sekaligus Ketua Bakorstanasda
* Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998)
* Kepala Staf Teritorial (Kaster ABRI (1998-1999)
* Mentamben (sejak 26 Oktober 1999)
* Menko Polsoskam (Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid)
* Menko Polkam (Pemerintahan Presiden Megawati Sukarnopotri) mengundurkan diri 11 Maret 2004
* Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad (1974-1976)
* Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad (1976-1977)
* Dan Tn Mo 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977)
* Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978)
* Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981)
* Paban Muda Sops SUAD (1981-1982)
* Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985)
* Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988)
* Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988)
* Dosen Seskoad (1989-1992)
* Korspri Pangab (1993)
* Dan Brigif Linud 17 Kujang 1 Kostrad (1993-1994)
* Asops Kodam Jaya (1994-1995)
* Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995)
* Chief Military Observer United Nation Peace Forces (UNPF) di Bosnia-Herzegovina (sejak awal November 1995)
* Kasdam Jaya (1996-hanya lima bulan)
* Pangdam II/Sriwijaya (1996-) sekaligus Ketua Bakorstanasda
* Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998)
* Kepala Staf Teritorial (Kaster ABRI (1998-1999)
* Mentamben (sejak 26 Oktober 1999)
* Menko Polsoskam (Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid)
* Menko Polkam (Pemerintahan Presiden Megawati Sukarnopotri) mengundurkan diri 11 Maret 2004
Alamat : Jl. Alternatif Cibubur Puri
Cikeas Indah No. 2 Desa Nagrag Kec. Gunung Putri Bogor 16967
( kaskus.us )
Presiden KeTujuh, Joko Widodo (20014-2019)
Ir. H. Joko Widodo
atau Jokowi adalah Presiden ke-7 Indonesia yang mulai menjabat sejak 20 Oktober
2014. Ia terpilih bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla dalam Pemilu
Presiden 2014.
Siapa yang
masih belum tahu Joko Widodo ? Presiden Indonesia yang akrab disapa Jokowi ini
memang termasuk tokoh politik yang populer. Bahkan sebelum menjabat sebagai
seorang Presiden, Jokowi sudah mendapatkan publikasi yang cukup besar.
Kira-kira apa saja karir yang pernah dijalani oleh Presiden Jokowi sebelum
menjabat sebagai Presiden, ya? Ini dia ulasannya :
PENDIDIKAN
SDN 111
Tirtoyoso Solo
SMP Negeri 1 Surakarta
SMA Negeri 6 Surakarta
S1, Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, UGM,
Yogyakarta,1980-1985
KARIR
1. Pegawai BUMN
Setelah
lulus dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1985 dari jurusan Teknologi Kayu,
Jokowi sempat bekerja di salah satu perusahaan BUMN yang berada di Aceh.
Jokowi menghabiskan waktu 1,5 tahun bekerja disana sebelum akhirnya kembali ke
Solo dan memulai bisnisnya sendiri
2. Pengusaha Mebel
Berbekal
ilmu yang didapatkan sejak kuliah dan juga dari orang tuanya yang merupakan
pengrajin kayu, Jokowi memberanikan diri membuka usaha sendiri. bermodalkan
pinjaman dari Bank, perjalanan bisnisnya tidaklah mudah, jatuh bangun
dialaminya sebagai pengusaha. Namun karena kejujuran dan kegigihannya, akhirnya
bisnisnya bisa berhasil hingga sering diekspor ke berbagai negara di Eropa.
3. Walikota Solo
Setelah
sukses menjadi pengusaha tidak membuat Jokowi nyaman dan puas. Kemudian pada
tahun 2005, Jokowi memberanikan diri untuk mencalonkan dirinya dengan FX Hadi
Rudyatmo menjadi Walikota Solo untuk periode 2005-2011 dan kemudian terpilih
lagi untuk menjabat dari tahun 2012-2015. Pada tahun 2013, saat menjabat
sebagai Walikota Solo, Jokowi mendapatkan penghargaan sebagai Walikota terbaik
ketiga di seluruh dunia.
4. Gubernur Jakarta
Berkat
kesuksesannya menjadi Walikota Solo, nama Jokowi makin populer di masyarakat
Indonesia. Dari situlah kemudian, Jokowi digadang-gadang untuk menduduki kursi
Gubernur DKI Jakarta pada perioder 2012—2017. Berbekal kemampuan serta
kredibilitasnya, Jokowi akhirnya meninggalkan Solo dan berhasil menjadi orang
nomor 1 di DKI Jakarta bersama Ahok sebagai wakilnya.
5. Presiden Republik
Indonesia
Pada
tahun 2014 dimana saat itu akan berlangsung Pemilu Presiden, Jokowi kembali
diusung oleh Partainya untuk menjadi calon Presiden Indonesia, meninggalkan
Ahok dan maju bersama Jusuf Kala untuk memimpin Indonesia. Hingga akhirnya
berhasil mengalahkan lawannya Prabowo-Hatta Rajasa dan menjabat sebagai
Presiden Republik Indonesia masa jabatan 2014-2019.
Kesuksean
yang diraih oleh Jokowi memang cenderung cepat dalam karir Politiknya, namun
sebelumnya Jokowi juga sempat merasakan bagaimana jatuh bangun berkarir menjadi
seorang pegawai biasa dan juga pengusaha.
PENGHARGAAN
Pengendali inflasi - Bank Indonesia
Tata ruang kedua terbaik se-Indonesia -
Kementerian Pekerjaan Umum
Top 50 Leaders dari Fortune
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan –
Kemenaker
Bung Hatta Anti Corruption Award -
Meutia Hatta
Anti Gratifikasi – KPK
Program Perlindungan Anak - UNICEF Tahun
2006
Pencapaian target MDGs Untuk program KJP
dan KJS – Bappenas
Pangripta Nusantara Utama – Bappenas
Nominasi World Mayor Tahun 2012
Wali Kota No. 3 Terbaik Dunia - The City
Mayors Foundation
Berikut daftar
keberhasilan yang telah dicapai oleh pemerintahan Presiden Jokowi:
1. Membubarkan
PETRAL yang bisa hemat anggaran sebesar Rp.250.miliar/hari
2. Mencabut
subsidi BBM untuk orang menengah dan kaya, sehingga dananya dapat digunakan
untuk berbagai hal yang produktif
3. Meresmikan
pembuatan jalan toll Trans Sumatera tahap I dari Lampung-Palembang-Indralaya
4. Meresmikan
dimulainya pembangunan PLTU Batang, Jawa Tengah dengan Kapasitas 2.000.MW yang
mangkrak selama empat tahun
5. Dimulainya
pengairan Waduk Jatigede, Sumedang yang berfungsi untuk mengendalikan banjir di
Indramayu, pengairan sawah sawah di Jawa Barat serta pembangunan PLTA dengan
kapasitas 110.MW
6. Pada Tanggal 09
September 2015, dimulainya pembangunan jalur LRT jurusan Cibubur-Cawang dan
Bekasi Timur-Cawang (info: Kemen PUPR)
7. Pada Tanggal 21
September 2015, peresmian dioperasikannya Bor Raksasa untuk membuat terowongan
dalam tanah guna jalur MRT trayek Lebak Bulus-KebayoranBaru-Senayan-Bundaran
Hotel Indonesia
8. Pemerintahan
Jokowi menggelontorkan dana sebesar Rp.16.triliun untuk membangun infrastruktur
di perbatasan Kalimantan dari Kalimantan Utara sampai Kalimantan Barat
9. Pembangunan
Pelabuhan Laut dalam di Papua : Sorong, Manokwari, Jayapura dan Merauke, serta
infrastruktur pembuatan jalan yang menghubungkan kota kota di Papua.
10. Perusahaan
Saudi Arabia ARAMCO akan membangun Kilang Minyak serta Storage BBM di Indonesia
senilai Rp.140.triliun yang selama ini pembangunan Kilang Minyak tidak pernah
terwujud sejak era Soeharto
0 Response to "URUTAN PRESIDEN INDONESIA,SIAPAKAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA YANG KE DELAPAN.?"
Post a Comment