KADERISASI
PENGERTIAN KADERISASI
Kaderisasimerupakan hal penting bagi sebuah organisasi, karena merupakan inti dari kelanjutan
perjuangan organisasi kedepan. Tanpa kaderisasi, rasanya sangat sulit
dibayangkan sebuah organisasi dapat bergerak dan melakukan tugas-tugas
keorganisasiannya dengan baik dan dinamis. Kaderisasi adalah sebuah keniscayaan
mutlak membangun struktur kerja yang mandiri dan berkelanjutan. Fungsi dari
kaderisasi adalah mempersiapkan calon-calon (embrio) yang siap melanjutkan
tongkat estafet perjuangan sebuah organisasi. Kader suatu organisasi adalah
orang yang telah dilatih dan dipersiapkan dengan berbagai keterampilan dan
disiplin ilmu, sehingga dia memiliki kemampuan yang di atas rata-rata orang
umum. Bung Hatta pernah menyatakan kaderisasi dalam kerangka kebangsaan, “Bahwa
kaderisasi sama artinya dengan menanam bibit. Untuk menghasilkan pemimpin
bangsa di masa depan, pemimpin pada masanya harus menanam.”
Dari
sini, pandangan umum mengenai kaderisasi suatu organisasi dapat dipetakan
menjadi dua ikon secara umum. Pertama, pelaku kaderisasi (subyek). Dan kedua,
sasaran kaderisasi (obyek). Untuk yang pertama, subyek atau pelaku kaderisasi
sebuah organisasi adalah individu atau sekelompok orang yang dipersonifikasikan
dalam sebuah organisasi dan kebijakan-kebijakannya yang melakukan fungsi
regenerasi dan kesinambungan tugas-tugas organisasi. Sedangkan yang kedua
adalah obyek dari kaderisasi, dengan pengertian lain adalah individu-individu
yang dipersiapkan dan dilatih untuk meneruskan visi dan misi organisasi. Sifat
sebagai subyek dan obyek dari proses kaderisasi ini sejatinya harus memenuhi
beberapa fondasi dasar dalam pembentukan dan pembinaan kader-kader organisasi
yang handal, cerdas dan matang secara intelektual dan psikologis.
Sebagai
subyek atau pelaku, dalam pengertian yang lebih jelas adalah seorang pemimpin.
Bagi Bung Hatta, kaderisasi sama artinya dengan edukasi, pendidikan! Pendidikantidak harus selalu diartikan pendidikan formal, atau dalam istilah Hatta
“sekolah-sekolahan”, melainkan dalam pengertian luas. Tugas pertama-tama
seorang pemimpin adalah mendidik. Jadi, seorang pemimpin hendaklah seorang yang
memiliki jiwa dan etos seorang pendidik.
Memimpin berarti menyelami perasaan
dan pikiran orang yang dipimpinnya serta memberi inspirasi dan membangun
keberanian hati orang yang dipimpinnya agar mampu berkarya secara maksimal
dalam lingkungan tugasnya. Sedangkan sebagai obyek dari proses kaderisasi,
sejatinya seorang kader memiliki komitmen dan tanggung jawab untuk melanjutkan
visi dan misi organisasi ke depan. Karena jatuh-bangunnya organisasi terletak
pada sejauh mana komitmen dan keterlibatan mereka secara intens dalam dinamika
organisasi, dan tanggung jawab mereka untuk melanjutkan perjuangan organisasi
yang telah dirintis dan dilakukan oleh para pendahulu-pendahulunya. Faktor lain
yang perlu dipertimbangkan dalam hal kaderisasi adalah potensi dasar sang
kader. Potensi dasar tersebut sesungguhnya telah dapat dibaca melalui
perjalanan hidupnya. Sejauh mana kecenderungannya terhadap problema-problema
sosial lingkungannya.
Jadi,
di sana ada semacam landasan berfikir atau filosofi kaderisasi yang harus
mendapatkan porsi perhatian oleh setiap organisasi/pergerakan. Yaitu: harus
ditemukan upaya mencari bibit-bibit unggul dalam kaderisasi. Subyek harus mampu
menawarkan visi dan misi ke depan yang jelas dan memikat, serta menawarkan
romantika dinamika organisasi yang menantang bagi para kader yang potensial,
sehingga mereka dengan senang hati akan terlibat mencurahkan segenap potensinya
dalam kancah organisasi.
Untuk dapat menjalankan peran tersebut, maka
organisasi atau sebuah pergerakan harus terlebih dahulu mematangkan visi-misi
mereka; dan termasuk sikap mereka terhadap persoalan mendesak dan aktual
kemasyarakatan; serta pada saat yang sama tersedianya para pengkader yang
handal, untuk menggarap bibit-bibit potensial tadi. Kader-kader potensial,
setelah mereka memahami dan meyakini pandangan dan sistem yang telah
diinternalisasikan, maka jiwanya akan terpacu untuk bekerja, berkarya dan
berkreasi seoptimal mungkin. Maka, di sini, organisasi/ pergerakan dituntut
untuk dapat mengantisipasi dan menyalurkannya secara positif. Dan memang
sepatutnya organisasi/pergerakan mampu melakukannya, karena bukankah yang
namanya organsiasi/pergerakan berarti terobsesi progresif bergerak maju dengan
satu organisasi yang efisien dan efektif, bukan sebaliknya?
Belakangan
ini, sudah dimulai upaya ke arah kaderisasi yang berorientasi pada karya dan
aksi sosial dalam level general, berupa penumbuhan dan stimulasi etos
intelektual dan sosial. Jadi, bagaimana menggabungkan atau menemukan
konvergensi yang ideal antara aktifitas berpikir (belajar) sebagai—entitas
mahasiswa—dan aktifitas aksi sosial sebagai pengejawantahan dari nilai-nilai
tekstual-normatif. Dengan kata lain, harus ditemukan titik keseimbangan antara
nilai-nilai tekstual-normatif tadi dengan realitas-kontekstualnya.
‘Alâ
kulli hâl, tampaknya perlu dicermati kembali urgensi dari kaderisasi berkala
yang dilakukan oleh organisasi apapun. Kaderisasi merupakan kebutuhan internal
organisasi yang tidak boleh tidak dilakukan. Layaknya sebuah hukum alam, ada
proses perputaran dan pergantian disana. Namun satu yang perlu kita pikirkan,
yaitu format dan mekanisme yang komprehensif dan mapan, guna memunculkan
kader-kader yang tidak hanya mempunyai kemampuan di bidang manajemen
organisasi, tapi yang lebih penting adalah tetap berpegang pada komitmen sosial
dengan segala dimensinya.
Sukses
atau tidaknya sebuah institusi organisasi dapat diukur dari kesuksesannya dalam
proses kaderisasi internal yang di kembangkannya. Karena, wujud dari
keberlanjutan organisasi adalah munculnya kader-kader yang memiliki kapabilitas
dan komitmen terhadap dinamika organisasi untuk masa depan. Wallâh-u A’lam Bi
al-Shawâb
IMUN MUNTAHA HILMI
SEMESTER V IPS
0 Response to "KADERISASI"
Post a Comment